Mohon tunggu...
Ahalla Tsauro
Ahalla Tsauro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar, Penerjemah & Penggemar Sepak Bola

Karena Anda bukan siapa-siapa, maka menulislah

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Ini Alasan ISIS yang Selalu Klaim Bertanggung Jawab atas Teror

2 Juni 2017   09:40 Diperbarui: 15 Juli 2017   17:57 2824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: AP Photo/Kirsty Wigglesworth

Zaman sekarang, yang namanya penjahat tidak lagi malu dan menutup diri sebagai penjahat. Justru bangga melakukan kejahatan dan menunjukkan bahwa dia penjahat sesungguhnya. Perkembangan teknologi dan informasi juga membuat penjahat tersebut dengan bangganya menyebar teror kejahatan dengan berbagai cara yang mereka suka.

Setiap aksi teror yang terjadi di sebuah negara. sering didapati, media memberitakan bahwa ISIS bertanggung jawab atas aksi teror yang terjadi. Pernyataan seperti itu secara tidak langsung menimbulkan pertanyaan baru, Mengapa ISIS perlu mengklaim aksi itu? Apakah klaim itu benar-benar mewakili ISIS atau hanya retorika maupun bualan media? Seberapa berartikah klaim itu bagi ISIS?

Secara umum, ketika teror terjadi dan ISIS mengaku bertanggung jawab berarti ada pesan politik yang ingin disampaikan oleh gerakan yang dipimpin Abu Bakar Al-Baghdadi tersebut entah itu untuk menunjukkan eksistensi atau ada misi lain dibalik serangan teror.

Eksistensi semakin nyata lantaran ISIS melihat dirinya sebagai sebuah negara dengan memiliki saluran beritayang menjadi media sayapnya yaitu Amaq News Agency, sebuah media yang darinya dapat diketahui bahwa ISIS menyatakan benar-benar bertanggung jawab.

Rita Katz dari SITE Intelligence Group menyebut bahwa Amaq  News Agency bertindak layaknya media negara, ISIS juga melihat dirinya sebagai negara yang butuh media seperti itu untuk menunjukkan eksistensinya. Sementara Chris Tomson, Al-Masdar News menyatakan bahwa berita Amaq merupakan media yang biasanya memiliki data akurat mengenai ISIS. Katz menambahkan, terdapat pula The Nasir Media Foundation yang juga menjadi jaringan resmi ISIS, setiap pernyataan yang muncul datang langsung dari ISIS. (baca)

 “Ketika klaim itu muncul, bisa diindikasikan bahwa ISIS memainkan peran disitu.” Ujar Katz.

Ketika ISIS menyatakan tanggung jawab, Amaq biasanya menyertakan publikasi berupa majalah, dari sini banyak media asing mengkutip sebagai sumber utama. Ketika klaim benar-benar ada, mereka akan menerjemahkan ke berbagai bahasa dan menyebarkanya secara online, publik juga lapar dengan berita seperti ini yang memungkinkan persebaran berita begitu cepat.

Wartawan media asing cukup yakin dari berita yang datang dari media ISIS tersebut. karena mereka yakin bahwa ISIS sadar akan peran mengendalikan informasi dan menyebar pesan-pesanya di era globalisasi saat ini. ISIS ternyata juga memiliki radio dan beberapa akun media sosial yang dimanfaatkan sehingga mampu meyakinan para reporter untuk memuat klaim tersebut.

ISIS ingin memberikan informasi yang sebenar-benarnya kepada para pengikutnya di media sosial, untuk itu tidak ada berita bohong mengenai klaim serangan dari ISIS. Karena ini merupakan bagian dari strategi menyebar teror. (baca)Thomas Joscelyn, Editor The Long Way Journal berpendapat bahwa ada klaim yang salah mengenai serangan teror di Eropa dan Amerika. hal ini dimaksudkan untuk menimbulkan ancaman lain yang belum tentu benar. Serangan di Manchester beberapa waktu lalu misalnya, dikatakan oleh Joscelyn bahwa media di Eropa tampak membesar-besarkan klaim yang dilakukan ISIS. 

Hal ini dimaksudkan karena ISIS hanya mengklaim serangan saja, tidak mendetail beserta pelaku dan korban yang dituju. Kesengajaan yang dilakukan ISIS ini tentu ada maunya. Berbagai serangan teror yang terjadi di Eropa juga memiliki pola yang tidak jauh berbeda dengan ini. berbeda dengan serangan diluar Amerika dan Eropa, ISIS tampak lamban dalam melakukan klaim atas serangan teror.

Joscelyn menyebut bahwa merupakan sebuah penghargaan bagi para jihadis ISIS yang bersedia melakukan serangan atas komando ISIS atau hanya mengatasnamakan ISIS. Militan ISIS yang terlatih memang tampak kuat di basis militer mereka di Irak, akan tetapi perkembangan teknologi memungkinkan ISIS untuk merubah pola serangan agar tertata secara lintas negara. Serangan serigala tunggal atau lone wolf saat ini tidak lagi liar, akan tetapi terkomunikasi online sesuai prosedur serangan mereka. Kasus seperti penembakan maupun serangan truk yang dianggap sebagai serangan acak, bagi mereka bukan lah serangan tidak terkoordinir, melainkan sudah diagendakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun