Mohon tunggu...
Agus Sastranegara
Agus Sastranegara Mohon Tunggu... Administrasi - bukan pujangga, hanya pemuja kata

Bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Cinta Pertama di SMA

15 Februari 2018   14:17 Diperbarui: 15 Februari 2018   23:17 1814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapapun pernah mengalami yang namanya cinta pertama, setiap orang punya pengalaman berbeda tentang hal ini. Penulis adalah generasi kelahiran 80an keatas, jadi jangan berfikir jatuh cinta era 90an akan sama dengan cerita cinta zaman now. Percaya atau tidak saya baru mengenal cinta pada saat SMA tepatnya tahun 1997. Tentunya berbeda dengan anak milenial, sejak SD aja sudah merayakan aniversary tiap bulannya. Ketika itu saya baru duduk dikelas 1 SMA.

Kata orang masa-masa SMS itu masa paling indah, dengan bangganya saya menanggalkan seragam SMP dan berganti dengan seragam putih abu-abu. Seperti biasa saya dan teman-teman sedang asyik bercanda didepan kelas ketika pandangan saya tertuju kepada seorang siswi yang melewati kelas kami. Kecantikan seseorang adalah relatif, bagi penulis  siswi satu ini berbeda dengan yang lainnya. Berkulit putih, rambutnya panjang bergelombang dan sedikit cuek.

Hari berikutnya ia lewat lagi didepan kelasku, ingin hati menyapa tapi takut. Seminggu sudah kuperhatikan dia, karena penasaran yang tinggi kucoba mencari informasi tentang dia. Melalui temanku yang satu kelas dengannya, dia dikelas 1c, sedang saya kelas 1b. Orangnya pendiam, susah untuk dekat dengan orang yang belum dikenalnya dan satu lagi ia adalah anak seorang guru. Jaman dulu belum ada media sosial. Boro-boro facebook, Handphone saja belum ada yang ada hanya telepon umum persis seperti yang ada didalam film Dilan. Perlahan kucoba mendekatibya walau dalam hati masih takut dan ragu. Apabila jaman sekarang bisa chating melalui WA, mesengger dan aplikasi lainnya, maka jaman dulu saya hanya memakai cara"kurir". Kutitipkan salam kepada temanku yang satu kelas dengannnya. Itulah satu-satunya agar bisa mendekatinnya. Acara kirim salam sering kulakukan tapi belum juga ada tabggapan, ingin mundur tapi hati kecil berkata "jangan menyerah". 

Biasanya disekolah kami setelah ujian semseter akan ada jeda waktu satu kinggu untuk mengadakan klasmeeting  antar kelas. Waktu itu kupergunakan sevaik-baiknya untuk sekedar menyapa atau mengajak ngobrol. Oh ya, sekolah kami agak jauh dari rumah penduduk. Bahkan sampai ada julukan sekolah "tegal"(sawah). Karena disekitar kami memang persawahan. Setiap pulang pergi kebanyakan siswa dan siswinya mengandalkan angkutan umum atau bis untuk pulang pergi ke sekolah. Disela menunggu bis itulah ada waktu buat saya untuk mendekatinya.

Butuh perjuangan ekstra agar bisa dekat dengannya, selain pendiam dia ternyata orangnya tertutup. Waktupun berjalan, hubungan kami masih stagnan tanpa perubahan, belum nampak lampu hijau darinya. Berbagai cara telah kulakukan mulai sering mencegatnya saat pulang sekolah, mendatangi kelasnya jam istirahat atau hanya meminjam buku catatatn untuk sekedar bisa melihatnya walau satu menit. Pada akhirnya saya akhirnya memberanikan diri untuk "nembak" dia. Berdebar debar hati ini saat waktu, ketika pulang sekolah dibelakang kelas kukatakan bahwa saya mau bicara. Tanpa buang waktu kuberkata.

"Mau ga kamu jadi pacarku"..

Entah terkejut atau bagaimana mendadak wajahnya berubah merah merona, terdiam menunduk ketanah tanpa berkata. Lama keheningan diantara kami berdua, sampai ia mengatakan.

"Nanti saja ya, saya tidak bisa menjawabnya"

Dengan berat hati kuanggukkan kepalaku tanda setuju. Berhari-hari telah berlalu tapi ia tidak kunjung memberikan jawabannya walau hubungan kami tetap seperti biasa. Seminggu berlalu akhirnya dia mengajakku bertemu dan ia bilang

"Iya..aku mau jadi pacarmu.."

Duniaku seakan runtuh, terkejut bercampur gembira walau saya tidak berani memegang tangannya kubilang 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun