Ketaatan manusia terhadap agama sejauh mereka mampu membedakan dan memilih mana yang baik dan buruk, mampu menjalani segala ujian dan cobaan yang diberikan ajaran agama tersebut akan mendapat keistimewaan dalam hidupnya. Sedangkan Tuhan memberikan kompensasi lebih dari cukup untuk kehidupan mereka, walau mereka tidak tahu kompensasi itu berbentuk apa, yang pasti pada akhirnya adalah berhadiahkan surga.
Ketaatan seorang manusia yang sudah pada taraf tertinggi, tidak lagi doanya bersifat personal melainkan untuk seluruh manusia, baik yang sedang dalam kesusahan atau berada dalam kesenangan. Doa ia limpahkan tanpa memandang siapa, apa derajat dan bagaimana kehidupan manusia tersebut.
Sebagian manusia tidak mengetahui ia telah berdoa untuk seluruh umat, dan mereka tidak peduli terhadap doanya, apa isinya, apa manfaatnya, dimana mereka juga tidak taat pada ajaran yang telah ia berikan dan tidak mengindahkan peringatan-peringatannya. Padahal dengan melakukan sedikit kesalahan, satu ucapan buruk akan mendapat balasan berlipat ganda.
Sebagai contoh ucapan kita kepada orang lain, "kamu pintar." Maka ia akan senang, dan kita akan mendapat balasannya. Demikian juga lawan kata dari ucapan "pintar" itu, maka orang itu sakit hati. Kita akan mendapat balasan atas sakit hatinya dan mendapat balasan atas ucapan tersebut. Balasan  itu dapat berupa kata-kata yang sama terhadap kita berkali-kali lipat dari orang lain, dan juga balasan berupa kejadian-kejadian yang tidak kita inginkan yang lebih menyakitkan.
Apapun yang kita ucapkan, apapun yang kita lakukan akan mendapat balasan atas apa yang kita lakukan, itu adalah upah beserta tambahan-tambahannya (bonus). Demikian adanya hidup di dunia yang memiliki batas usia, kita mengeluarkan kata kotor, kita akan mendapati upah dari hasil dari apa yang kita keluarkan.
Demikian juga orang-orang yang taat mengikuti ajaran agamanya, tidak mengeluarkan kata-kata kotor, tidak berlaku kotor dan tidak makan dari hasil pekerjaan yang kotor, ia akan mendapatkan upah.
Jika kita mampu memberikan kepada banyak orang kesejahteraan, keamanan, atau keadilan maka kita sudah memberikan kebaikan kepada keluarganya, berarti kita mendapat upah berkali-kali lipat juga. Jika tidak kita rasakan balasan itu di dunia, maka Tuhan janjikan kita kekal dan bahagia di surga nanti.
Agama sejak dulu sudah dijadikan orang yang tidak bertanggung jawab sebagai bahan baku untuk menciptakan konflik antar manusia. Jangankan dari ajaran dan tempat ibadah, dari busana pun sudah ditimbulkannya sebagai fitnah dan konflik. Wilayah dan sosial politik dijadikannya hancur berantakan demi tujuan hidupnya, mereka ingin memiliki derajat lebih tinggi daripada orang lain, lalu dengan mudahnya menenggelamkan orang lain demi kepentingannya sendiri.
Sejak dulu hingga masa sekarang kini, tidak dipungkiri peran manusia dalam memunculkan kehancuran sesamanya dan peristiwa pembunuhan atas dasar agama terus terjadi. Hingga  para petinggi, alim ulama, tokoh-tokoh agama bersegera mengambil peran dalam perdamaian dunia, agar manusia tidak saling menghancurkan yang akan merugikan diri mereka sendiri. Kericuhan-kericuhan itu mendorong sentimen kelompok-kelompok lain yang akan menimbulkan/rentan perpecahan yang baru.
Tidak ada agama yang mengajarkan keburukan kepada penganutnya. jika ada manusia yang berkata/berbuat buruk, ia tidak mempelajari agamanya. Namun, terdapat satu harapan dalam hati tiap manusia, ingin melihat/berada dalam surga walau apapun yang telah ia lakukan selama hidupnya di dunia. Semakin berkeinginan masuk surga semakin kuat juga dosa akan ia perbuat, syaitan butuh teman, butuh sahabat di neraka nanti.