Mohon tunggu...
Mohamad Agus Yaman
Mohamad Agus Yaman Mohon Tunggu... Freelancer - Seniman

kreator Prov. Kep. Bangka Belitung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cultural Universal di "Pulau Kecilku" yang Bermasyarakat Multikultural

12 Oktober 2020   10:53 Diperbarui: 12 Oktober 2020   11:00 712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keindahan pantai di pulau kecilku Bangka (foto:maulana@able)

Bahasa melayu sudah menjadi bahasa wajib dari tiga negara, Indonesia, Malaysia dan Brunai Darussalam. Dan apakah bahasa melayu itu milik orang-orang melayu? Jelas tidak. 

Kalau kita meneliti lebih jauh, melayu itu dari segi maritim dan para arkeolog yang menemukan situs-situs dan prasasti-prasasti yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu sudah dapat di lihat jalur jelajah wilayah Melayu yang tersebar di antara laut jawa, selat malaka, laut cina selatan dan samudra hindia, jadi masyarakat melayu berkarakter maritim, di mana laut menjadi sarana utama dalam pertukaran budaya melayu, dan melayu sudah ada di Nusantara sebelum Islam masuk ke Nusantara. Pada zaman Hindu - Budha melayu sudah ada dengan berbahasa dan membaca tulisan yang sama dengan pembawaan hindu - budha.

Kekuatan budaya melayu

Mengapa pada masa lalu budaya eropa begitu sulit menyebarkan budayanya pada masyarakat Indonesia? Begitu pula sekarang, budaya barat begitu hati-hati dipilih oleh pemimpin-pemimpin, pemuka-pemuka agama maupun pemuka adat di Indonesia. 

Dulu, budaya eropa masuk ke Indonesia melalui laut dan disaring oleh maritim melayu yang tersebar diperairan laut jawa, selat malaka, laut cina selatan dan samudra hindia, itu sebabnya dari dulu indonesia kuat dalam budaya melayu. 

Seandainya maritim tidak menyaring budaya eropa, dipastikan tata cara, seni dan budaya indonesia sekarang sangat berbeda. Dengan disaringnya oleh melayu, adab Indonesia tetap terjaga.

Bahasa melayu menjadi kemudahan bagi penyebaran agama islam di nusantara, namun melayu sudah ada sejak zaman kerajaan Majapahit dan kerajaan Sriwijaya, penemuan itu terbukti dari bahasa prasasti kota kapur dengan bahasa sansekerta-nya, candi-candi di Jambi, Thailand dan daerah lainnya. Terbukti bahwa melayu pada saat itu mengerti bahasa sansekerta dan bisa membaca tulisan Hindu Budha.

Seperti tulisan yang ada di prasasti  Kota Kapur, di desa Kota Kapur kecamatan Mendo Barat adalah termasuk prasasti yang tertua. Pada perkembangan zaman, Akar melayu tersapu setelah masuknya sikap politik pada petinggi masyarakat, karena melayu adalah adab kesopanan, harga diri, rendah hati bukan suatu kelicikan untuk menguntungkan diri sendiri maupun golongan tertentu. 

Orang yang demikian ini apakah layak menyandang predikat "orang melayu atau "tetua yang harus dihormati", seperti contohnya : saat acara makan malam atau makan bersama, seorang pemimpin seharusnya menunggu bawahannya makan, setelah merasa semuanya mendapat jatah yang sama, maka pemimpin baru memulai untuk makan.

Perumpamaan memilih pemimpin harus dikenali adalah: pada zaman dulu dan mungkin zaman sekarang masih ada mushola yang berbentuk rumah panggung berlantai papan. 

Sekelompok wanita ingin sholat berjamaah tapi tidak menemukan imam, saat itu ada seorang laki-laki tampan, tinggi besar dan gagah membawa seeekor ayam jantan, dan para wanita pun memintanya untuk menjadi imam, laki-laki itu tidak bisa menolak karena permintaan itu cukup sulit di tolak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun