Mohon tunggu...
Mohamad Agus Yaman
Mohamad Agus Yaman Mohon Tunggu... Freelancer - Seniman

kreator Prov. Kep. Bangka Belitung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cara Membuat Tarian yang Baik

28 Agustus 2020   09:36 Diperbarui: 26 November 2020   11:27 2235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
agus yaman saat menari tari tradisional Kedidi yang ia gabungkan dengan gerakan-gerakannya sendiri hingga tercipta kedidi gaya baru

Menurut pengalaman saya, ada beberapa cara koreografer mendapatkan atau membuat tari kreasi yang baik dan bagus;

Pertama, seorang koreografer biasanya melihat tujuan tariannya untuk acara apa, seni pertunjukan pribadi, untuk acara pemerintahan, atau swasta (hotel, untuk tamu udangan pernikahan atau lain sebagainya). Jika untuk acara festival atau parade tari, maka ia terlebih dahulu melihat juknis (petunjuk teknis) yang diberikan oleh panitia penyelenggara, tema apa yang akan dihadapi. Berbeda dengan tarian yang diminta untuk acara hiburan seperti; pesta rakyat, pesta pernikahan, acara sunatan dan lain sebagainya. Acara hiburan biasanya yang diminta adalah tari tradisional daerah atau tari hiburan yang bisa menghibur penonton. 

Jika acara-acara resmi pemerintahan maka akan diminta tari sambut daerah, tari tradisional dan tari kreasi yang bersifat menyegarkan namun sopan. Sedangkan acara pagelaran/seni pertunjukan/festival tari atau parade tari, maka koreografer akan melihat juknis yang diberikan panitia penyelenggara, melihat tema, waktu, tempat dan sebagainya.

Jika tema "pahlawan" dan menekankan pada kepahlawanan yang ada di masing-masing daerah, maka koreografer harus mencari cerita pahlawan yang menarik minatnya, pahlawan mana yang ceritanya lebih menarik untuk dibuatkan tarian. Demikian juga jika bertemakan  "lingkungan" atau "legenda" maka koreografer harus mencari legenda mana yang menarik hatinya, cerita yang heroik, yang cocok dengan nurani ataupun karakternya. 

Biasanya koreografer kebingungan untuk memilah legenda mana yang akan ia angkat. Pada awalnya ia akan bertanya pada orang-orang terdekatnya, agar dapat menimbang-nimbang legenda apa yang bagus dijadikan seni pertunjukan, legenda mana yang jarang di dengar orang-orang atau legenda mana yang belum pernah di angkat ke dalam seni pertunjukan.

Saya sarankan ada baiknya koreografer memilih salah satu dari cerita yang unik, yang menarik minatnya untuk suatu seni pertunjukan, namun semua tergantung dari cara penggarapannya.

Kedua, setelah memutuskan cerita apa yang di pilih, ia harus mencari tahu dari daerah mana legenda tersebut berasal agar dapat menemui sesepuh-sesepuh/budayawan di daerah itu. Membaca buku tentang legenda tersebut untuk menambah bahan garapan, kemudian mencari seniman yang juga mengetahui kisah tersebut atau yang pernah mengangkat cerita tersebut. 

Lebih baik lagi temui dua budayawan atau lebih. Apabila memungkinkan temui sebanyak-banyaknya orang yang mengetahui cerita tersebut. Dari cerita mereka itu pasti ada perbedaan dan persamaannya, maka pilihlah cerita yang sama dari mereka sebagai pijakan untuk memperkuat ide garapan dan juga pilih bagian cerita yang paling uniknya.

Ketiga, setelah menemukan bagian mana dari cerita tersebut yang akan diangkat, koreografer baiknya tidak melepas gerakan dasar (pijakan) asal desa/daerah pahlawan tersebut, atau propinsinya. Kemudian dikembangkan/dikreasikan menurut kehendak koreografer. Fase ini cukup sulit karena ia harus menciptakan gerakan baru dari pijakan tari tradisional.

Pada jaman sekarang ini banyak koreografer daerah menyandingkan gerak tradisional dengan gerak kontemporer (kebebasan bergerak/perkembangan seni yang terpengaruh dampak modernisasi), dan tidak ada permasalahan dengan ini selagi ia masih bisa membentuk gerakan tersebut dengan etika-etika daerahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun