Mohon tunggu...
Mohamad Agus Yaman
Mohamad Agus Yaman Mohon Tunggu... Freelancer - Seniman

kreator Prov. Kep. Bangka Belitung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Upacara Adat Tolak Bala Ngemaruk Gunong, Mentok

15 Januari 2020   09:01 Diperbarui: 15 Januari 2020   23:29 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
bentuk perkampungan hampir di setiap sisi jalan Bangka. Dokpri

Upacara adat tradisional 'Tolak Balak Ngemaruk Gunong' terjadi di daerah Mentok, Kabupaten Bangka Barat Prov. Kep. Bangka Belitung. Perlu diketahui gunung yang ada di Bangka Belitung yang  disebutkan sebagai gunung ada dua; Gunung Maras dan Menumbing. 

Gunung maras adalah puncak tertinggi di Bangka Belitung dengan ketinggian lebih kurang 701 meter di atas permukaan laut,  dan gunung Menumbing tinggi 450 meter di atas permukaan laut, langsung menghadap ke Selat Bangka. Sedangkan bukit cukup banyak di Bangka Belitung dan tidak jarang juga orang-orang kampung jaman dahulu menyebut bukit dengan sebutan gunung.

Apabila musim kemarau tiba, berarti musim menebas (menebang/membersihkan hutan/lahan) menjelang, dan ladang pun telah siap di tugal (di semai) di musim hujan, maka hari demi hari yang terasa berkejar-kejaran, maka tibalah musim negetam  (panen) yang diimpikan. 

Ini berarti tiba pula musim sedekah kampung, tertawa-tawa masyarakat kampung dan joget kampung dengan lepat (bongkol/ketan dibungkus daun pisang) dan dodolnya yang harum terbungkus upih pinang.

Bujang dan Dara (gadis) bersenda gurau menikmati sedekah kampung saat itu. Setelah acara pokok yaitu Taber Kampung akan dimulai, para pendekar kampung kemudian menampilkan atraksi Pencak Silat bisa berupa individu, fighthing, kelompok (namun kelompok jarang terjadi pada pencak silat Bangka karena biasanya pendekar-pendekar kampung memperlhatkan kebolehannya dengan sendiri-sendiri dan duel)

Jalannya upacara

Gong tiga kali berbunyi berarti acara ngemaruk gunong segera dimulai. Kemudian disusul oleh suara gong yang bertalu-talu, dukun selaku pemimpin upacara berjalan paling depan menuju gunung, sedangkan di belakangnya Bapak Lurah dan sesepuh kampung lainnya mengiringi dengan membawa lilin, dupa dan di kepala mereka menjunjung dulang (tempat membawa makanan yang tertutup) berisikan kuweh juadah makanan khas di kala pesta adat berlangsung.

Sesampainya di gunung, sang dukun mengambil tempat dan yang lain mengelilingi setengah lingkaran, hanya pak Lurah dan sesepuh adat yang duduk dekat dukun. Setelah kemenyan di bakar sang dukun berdiri memulai acara dan yang lain mengikuti khidmat;

Dukun (D): (Menjerit/nuduk) huuuuuuuuuuu ... huuuuuu ...

Wakil dukun (WD): (kemasukan roh halus membuka kembang pencak silat, setelah itu sujud di hadapan dukun dan meratap memohon keselamatannya)

Pak Lurah (PL): (Disamping WD berbisik)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun