Mohon tunggu...
Mohamad Agus Yaman
Mohamad Agus Yaman Mohon Tunggu... Freelancer - Seniman

kreator Prov. Kep. Bangka Belitung

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Komunikasi Atasan dengan Bawahan dalam Komunitas Budaya

16 Desember 2019   12:57 Diperbarui: 13 April 2021   16:21 6847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi komunikasi orang tua dengan anak muda dalam komunitas budaya.

Selain itu, atasan yang mengalami depresi yang berat sangat berbahaya untuk kesehatannya, dan menjadi masalah besar pada komunitasnya. Untuk itu, tidaklah mudah menjadi atasan, harus bisa mengontrol diri dan sanggup memimpin tanpa ada alasan.

Secara sederhana, komunikasi vertikal dalam komunitas merupakan komunikasi yang mengalir dari satu tingkat ke tingkat yang lebih tinggi atau yang lebih rendah secara timbal balik. Dalam lingkungan komunitas, komunikasi vertikal menjadi kunci penting kelangsungan hidup komunitas. Memberikan motivasi kepada anggota untuk berkarya lebih baik lagi serta memberikan informasi mengenai tujuan komunitas.

Komunikasi organisasi yang kita kenal merupakan sistem pengendalian dan sebagai alat untuk memotivasi anggota komunitas, dan mengarahkan pada tujuan komunitas agar karya-karya seni yang akan diciptakan generasi muda dapat berjalan dengan lancar. Namun demikian, banyak yang terjadi seorang atasan enggan menyangjung anggotanya yang berkarya dengan baik, hanya karena ia merasa sudah pada level yang tinggi.

Demikian juga dengan cara berkomunikasinya/bahasa yang digunakannya sudah pada tingkat yang baginya pendengarnya sederajat dengannya, tidak melihat apakah anggotanya mengerti akan perkataannya. Padahal seorang anggota yang baru bergabung pun merasa termotivasi bila atasan berkomunikasi dengannya dengan baik dan benar. Mereka akan merasa dihargai dan diperhatikan.

Baca Juga: Dear Team Leader, agar Anggota Baru Bisa Mandiri, Ini yang Perlu Dilakukan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun