Mohon tunggu...
Mohamad Agus Yaman
Mohamad Agus Yaman Mohon Tunggu... Freelancer - Seniman

kreator Prov. Kep. Bangka Belitung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketahui Simbol dalam Budaya

11 Desember 2019   10:33 Diperbarui: 24 November 2020   13:15 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toboali, kota paling ujung Bangka yang kaya akan simbol dalam budaya daerah

Simbol dalam kebudayawaan di Indonesia ini sangatlah banyak, dan jika kita mempelajarinya satu-persatu atau daerah perdaerah membutuhkan waktu yang lama. Untuk mempelajari simbol, karakter dan kebiasaan budaya suatu masyarakat perlu kita kuasai sebelum mengunjungi daerah tersebut, baik simbol verbal maupun nonverbal, seperti boleh atau tidaknya mengatakan suatu kalimat atau melakukan suatu tindakan yang tidak diperbolehkan di daerah tersebut. 

Tiap daerah dan masyarakat tidak sama dalam larangan dan anjuran, seperti contoh mudah; suatu daerah tidak boleh menyebut nama "a**" (anjing), bagi daerah tersebut, sebutan itu dianggap menghina, dianggap menyinggung, namun didaerah lain sebutan itu dianggap guyonan antar teman, dianggap biasa saja. Seperti juga budaya barat, ancungan jari tengah menjadi simbol penghinaan. Sedangkan di daerah lain, remaja-remaja maupun orang dewasa mengancungkan jari tengah sebagai hal biasa, dianggap simbol lelucon dan hanya ikut-ikutan budaya luar.

Kita melihat proses-proses terbentuknya simbol yang terus berlangsung dalam kehidupan kita. Lambang kepangkatan militer, pemerintahan, cincin, emas, berlian, intan atau lembaran kertas seperti obligasi dapat melambangkan kekayaan, salib dapat melambangkan kepercayaan agama, tanda pengenal, jimat, pita-pita, gaya rambut, atau tato dapat menjadi lambang afiliasi-afiliasi sosial. Proses simbolik menembus kehidupan manusia dalam tingkat yang berbeda-beda dari keluarga kecil hingga keluarga besar, dari orang kecil hingga orang-orang besar, dari suku pedalaman hingga tingkat sultan.

Cara lain untuk mengurangi ketidaktahuan kita dalam membaca simbol budaya daerah lain adalah berkomunikasi bertanya-tanya kepada orang dari budaya tersebut, bertanya kepada Google dengan menanyakan hal-hal yang baik ataupun yang buruk. Mempelajari cara berkomunikasinya dengan benar baik agar tidak terjadi kekeliruan yang mengakibatkan kita salah berinteraksi.

Kebanyakan masyarakat kita cenderung menghormati adat istiadat daerah yang akan kita kunjungi ketimbang mempelajari aturan-aturan yang ada didalam daerah tersebut, seperti sebagian kita yang masuk kedalam rumah mengenakan sandal, dan sebagainya. Seperti kebiasaan memotong rambut bayi, cara memotong ketupat saat lebaran, cara menghantar makanan ke masjid-masjid untuk di makan bersama-sama dan lain sebagainya. 

Sedangkan peraturan-peraturan yang telah ada dan peraturan yang di buat sekarang yang menurut perkembangan waktu/jaman berbeda, seperti: acara makan bersama dikampung-kampung menggunakan dulang diganti dengan nasi kotak atau nasi bungkus. Cara ini di buat agar praktis, namun ini sudah lari jauh dari kaidah-kaidah atau aturan yang diajarkan masyarakat turun temurun.

Selain itu, bagaimana juga cara bersikap saat berkunjung ke suatu daerah, sedangkan masyarakat daerah itu saat menyambut tamu menghidangkan makanan haram kepada tamu yang beragama islam, sedangkan itu merupakan adat istiadat mereka. Makanan juga bersifat simbolik. Peraturan-peraturan makan dalam agama tiap agama dan kepercayaan dilaksanakan untuk melambangkan ketaatan kepada agamanya. Makanan-makanan yang bersifat khusus biasanya digunakan untuk melambangkan festival-festival dan peristiwa-peristiwa keagamaan dan kepercayaan. Cara makan dan makanan telah menjadi perilaku yang simbolik sepanjang sejarah meraka. Dalam hal ini, umat yang beragama Islam yang memiliki banyak pantangan dalam makanan ada baiknya berkomunikasi dengan ketua adat di daerah tersebut atau orang-orang yang berpengaruh, dan membicarakan masalah ini dengan tenang tanpa maksud menyinggung perasaan masyarakat setempat.

Komunikasi adalah cara yang terbaik menghindari permasalahan, namun selama ini masyarakat  yang sedang merayakan hari besar agamanya pasti menghormati agama yang lain, dan cara menghormati budaya mereka adalah mengikuti adat istiadat mereka dengan mengikuti peraturan mereka tanpa menyinggung perasaan mereka dan menjauhi simbol-simbol yang haram bagi agama islam. Saling menghormati dan menghargai merupakan jalan tengah terbaik, dan kita harus memulai ini untuk menghormati dan menghargai budaya-budaya daerah lainnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun