Mohon tunggu...
Mohamad Agus Yaman
Mohamad Agus Yaman Mohon Tunggu... Freelancer - Seniman

kreator Prov. Kep. Bangka Belitung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Antu Berayun

3 Desember 2019   12:37 Diperbarui: 20 November 2020   08:13 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
cerita klasik antu berayun pernah dikreasikan dalam tarian oleh sanggar seni Rebang Emas

Di masyarakat Bangka cerita usang "antu berayun" merupakan cerita rakyat yang turun temurun. Berkembang hingga akhirnya cerita ini ditiap daerahnya berbeda-beda, walau inti dari cerita klasik tersebut adalah sama, yaitu: "hantu yang berayun-ayun" ada yang menafsirkan kalau hantu tersebut duduk di ayunan yang kita kenal sekarang, ada yang mengatakan ia seperti perahu yang berlayar di antara gelombang, ada yang menganggap hantu yang melayang-layang di dedaunan dan sebagainya. Sedangkan yang terkenal adalah hantu bermain-main di antara akar-akar pepohonan seperti berayun-ayun agar orang-orang yang pergi ke hutan untuk berburu tupai dan kancil tersesat. 

Di masyarakat, cerita antu berayun ini sudah diperkenalkan sejak dulu, diceritakan kepada anak-anak mereka agar anak-anak tidak bermain dihutan. Dari ceritanya yang berbeda-beda tersebut dikarenakan masyarakat yang  melihat hantu tersebut berada di desa-desa yang berbeda. Hal itu sekarang sudah hilang karena hewan-hewan liar di hutan Bangka sudah semakin sedikit, dan sebagian hutan sudah menjadi kebun sawit, tidak ada lagi alasan orang tua untuk menceritakannya, sedangkan masyarakat sekarang juga sudah jarang melakukan kegiatan di tengah hutan, lebih banyak berada di kebun atau ladang. 

Dari versi lagu tradisional antu berayun. Lagu tersebut dalam bait-baitnya menceritakan kisah masyarakat yang berburu tupai, burung, pelanduk yang lincah, mengejar tupai yang berlari-lari dan berayun-ayun di antara akar-akar pohon membuat mereka kelelahan, itu ada dalam bait "lelah sakit sepinggang-pinggang". Mereka juga membawa perangkap burung untuk menangkap burung. Mereka seperti menghantui binatang-binatang buruan tersebut, sehingga mereka pun dihantui oleh penghuni hutan (antu berayun). Saat masyarakat kelelahan dan beristirahat, bersenandung di antara akar-akar pohon, berayun-ayun kaki melepas penat, mereka bernyanyi menghibur diri. 

Di antara mereka juga melihat antu berayun ikut beristirahat di antara mereka, di antara akar pohon dengan berayun-ayun. Melihat hantu tersebut tergambar dalam syairnya yang mengatakan "berayun-ayun seperti kapal terombang-ambing seperti menaiki langit", ini sebagai simbol betapa sesuatu tersebut berayun-ayun tinggi seperti suatu kegilaan. Saat pulang pun mereka kehilangan arah, dalam hitungan hari yang digambarkan lewat syair sepuluh jari mereka lalu menyusur hutan, seperti semakin jauh sepanjang umur, mereka merasa seperti ingin mati karena kelelahan setelah berlari mengelilingi (berkeliling berputar-putar di dalam) hutan.

Dalam syair juga dikatakan "Dimalam hari, terang lampu perkampungan terlihat, namun (mereka) tak kunjung tiba". Seperti mendaki ke gunung maras (gunung/bukit tertinggi dan angker yang ada di Bangka), air mata mereka pun seperti di peras, mereka merasa badan seperti terpisah dengan pikiran. Kaki secara pincang berjalan berayun-ayun. Cerita antu berayun yang dianggap paling tua ini adalah berasal dari suku Skak yang telah di buat dalam lagu tradisional "Antu Berayun" yang dinyanyikan oleh pak Batman.

pak Batman (pemain gendang) merupakan keturunan suku skak (screenshot dari video lagu-lagu daerah Bangka)
pak Batman (pemain gendang) merupakan keturunan suku skak (screenshot dari video lagu-lagu daerah Bangka)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun