Mohon tunggu...
Mohamad Agus Yaman
Mohamad Agus Yaman Mohon Tunggu... Freelancer - Seniman

kreator Prov. Kep. Bangka Belitung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Teman dalam Komunitas budaya

21 Oktober 2019   08:13 Diperbarui: 24 November 2020   11:42 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teman semenjak mulai menari dalam kelompok budaya awet hingga sekarang ini.

Berkelakar dan betengkar antar teman dalam lingkungan kelompok budaya (sanggar seni budaya) pada dasarnya adalah bumbu atau proses dari sebuah hubungan yang erat. Namun ada baiknya teman-teman yang lain untuk selalu mengingatkan "jangan terlalu berlebihan," karena yang berlebihan itu tidak baik. Dapat mengakibatkan sakit hati dan menyakiti orang lain atau diri sendiri, apalagi di saat teman yang di bully sedang mengalami masalah berat atau sedang badmood. Teman seperti ini sedang membutuhkan teman curhat, teman yang dapat menjadi pelampiasan (tempat menuangkan) emosinya, dapat menetralisir dirinya. 

Biasanya yang saya lihat pada para penari atau pemusik di komunitas budaya, pertemanan yang saling mengolok-olok suatu hal yang biasa, dianggap saling kelakar saja. Saya belum melihat ada yang diledek, ia balas 2 kali lipat meledek. Seperti hal yang biasa saling mengejek, walau ada juga yang kemudian merajuk lalu terjadi perang dingin (tidak berkomunikasi atau saling membelakangi dan saling menjauh). Akan tetapi beberapa hari kemudian mereka akrab kembali, tertawa-tawa lagi, jalan bareng lagi. Hal ini suatu keindahan dalam persahabatan, karena pada hati mereka masing-masing sebenarnya sudah saling memaafkan, dengan tetap menjaga hati dan saling menghargai.

Pertengkaran akibat dari kelakar juga tidak bisa selalu dikonotasikan sebagai hal yang buruk, dan sudah menjadi tolak ukur kalau kesenangan sebuah pertemanan dikarenakan kelakar, bahkan jika pertemanan itu antara pria dan wanita sudah pasti akan terjadi iri hati pada teman-teman sanggarnya, bahkan akan dielu-elukan, mereka akan berusaha membantu mereka "jadian". Sedangkan jika tanpa sengaja mereka berdiri bersebelahan, teman-temannya melihat mereka sudah jadian, bagai sepasang kekasih, bagai suatu yang susah untuk dipisahkan.

Selain pertengkaran itu, ada juga pertengkaran yang hebat, padahal diawali dari kelakar kecil yang berbuntut panjang, diawali dari masalah-masalah yang sebenarnya dapat diselesaikan dengan kepala dingin. Memang ada ciri-ciri khusus untuk mengkategorikan kelakar sehat dan kelakar tidak sehat, dan hal ini tidak perlu dijelaskan karena kita pasti mengerti kategorinya yang bagaimana. Apabila kelakar itu terjadi pada teman yang sejak kecil selalu bersama-sama bisa saja kelakar seberat apapun akan ditertawakannya, dianggap biasa saja, namun ada beberapa kelakar yang rentan terjadinya pertengkaran walau pertemanan mereka sudah sejak kecil, yaitu;

  1. Menyinggung tentang keburukan orang tua, keluarga, dan sanak saudara.
  2. Menyinggung masa lalunya yang kelam.
  3. Menyinggung tentang kebodohannya.
  4. Menyinggung fisik jika ia kekurangan fisik.
  5. Membicarakan dirinya di depan orang lain kecuali hal yang bagus-bagus, dll.

Kelakar terhadap teman akrab tidak berdasarkan mood, karena badmood akan dialami salah satunya, sedangkan yang lain dapat menjadikan mood menjadi baik, artinya ada kalanya teman membuatnya terpingkal-pingkal, ada kalanya mengajaknya makan, jalan-jalan dan sebagainya. Ada juga karena kelakar dapat merubah/menghancurkan pertemanan, pada akhirnya saling menjauhi. Ciri-ciri teman yang menjauh atau mulai menghindar, yaitu:

  1. Teman kita mulai tertutup, dengan mengunfollow sosmed dan menghapus foto-foto kita kala bersamanya.
  2. Teman kita tidak tertarik untuk pergi bareng lagi dengan alasan yang bagi kita tidak masuk akal (tapi ada baiknya tetap positive thinking).
  3. Teman kita membuka keburukan kita saat kita bertengkar dengannya di depan orang lain atau saat berkelakar dengan orang lain, namun ini perlu bukti yang kuat agar kita tidak salah kaprah.
  4. Kelakar teman kita seperti memaksakan diri, dan ini hanya kita yang dapat merasakannya.
  5. Teman kita tidak bisa lagi menerima kritikan/pendapat dari kita.
  6. Kita selalu menjadi korban dari permasalahan yang teman kita hadapi dan ia tidak pernah pernah bertanggungjawab atas masalah yang ada.
  7. Teman kita tidak pemaaf lagi.

Baiknya adalah bertemanlah seperti biasa, menjadi orang biasa, apa adanya, tidak pamer, tidak mengunjing, berkelakarlah dimanapun kita berada, bantulah teman saat ia susah, berbagilah saat kita senang. Teman itu lebih indah dari apapun didunia ini karena kita adalah mahluk sosial, mahluk yang membutuhkan dan dibutuhkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun