Mohon tunggu...
Mohamad Agus Yaman
Mohamad Agus Yaman Mohon Tunggu... Freelancer - Seniman

kreator Prov. Kep. Bangka Belitung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menanti Era Keemasan para Penari

9 Oktober 2019   10:02 Diperbarui: 23 November 2020   12:38 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tari kreasi "bebantan" karya M. Agus Yaman diangkat dari upacara adat Bebantan

Ada kejadian unik yang terjadi di daerah saya, mantan penari menjadi juri pada festival tari yang diikuti sanggar-sanggar seni atau diikuri sekolahnya dulu, dan ini akan menjadi boomerang bagi dirinya, sedikit banyak si koreografer akan berharap mantan penarinya akan memenangkan tariannya. Namun hal ini tidak akan berlaku pada juri yang berjiwa keras, berjiwa seni tinggi, menjunjung kejujuran. tapi, jika terjadi kebalikannya, maka akan terasa sakit. Kejadian menyakitkan itu terjadi kepada juri kala sanggar yang dulu pernah membantunya mengalami kekalahan. Cemoohan dan ejekan akan dilontarkan kepadanya. Ia pun berkata, "apa untungnya mengatakan buruk terhadap saya? Kebanggaan saya menjadi juri adalah saat menilai yang terbaik dari garapan yang terbaik, dan ilmu kami semakin bertambah dalam melihat karya-karya orang lain dan ini adalah pelajaran yang paling berharga dapat melihat garapan tari pada masa sekarang ini. Inilah bayaran termahal untuk para juri. Jadi tidak ada niat saya untuk berpihak kepada para peserta."

Dari segi pengalaman, koreografer lebih unggul membentuk orang yang dari tidak tahu apa-apa menjadi tahu menari dan mengenal seni tradisional daerahnya, mengetahui menata tarian, gerakan-gerakan tradisional daerahnya, busana, properti dan sebagainya. Namun tidak bisa menutup kemungkinan, kecerdasan mantan murid bisa di atas rata-rata, artinya ilmu pelajaran, lingkungan selama ini yang mengajarinya menjadi penari profesional memiliki kelebihan tertentu.

Perlu diingat, jaman memiliki peranan penting dalam seni pertunjukan dan kebudayaan. Mantan murid tersebut berada pada jamannya, mungkin demikian juga yang telah terjadi pada sang koreografer, dulu ia dianggap cerdas dan mampu membuat mahakarya di jamannya, demikian juga guru dari sang koreografer mungkin pernah ia kalahkan dalam festval tari, karena saat itu jamannya berpihak kepadanya kala ia muda, pikirannya masih encer dan bersemangat kuat. Demikian juga sekarang, mantan penari itu berada pada jamannya yang pastinya garapan tariannya mengacu pada keinginan penonton di masa sekarang ini. Namun jika berpatokan pada kalimat, "dunia ini berputar kadang dibawah kadang diatas" apapun bisa terjadi, pengalaman mengalahkan jaman dan jaman mengalahkan pengalaman.

Jadi, penciptaan maha karya tari terdapat juga peran jaman, maka peninggalan jamanlah tari-tari terdahulu menjadi tari tradisional dan maha karya tradisional itu mahal, bisa jadi karya si koreografer menjadi tari tradisional dimasa nanti dan akan menjadi mahal. Seperti seni lukis, banyak dari benda ini berani di beli kolektor dengan harga fantastis  yang akhirnya membuat gempar dunia seni lukis.

Masih banyak dari sudut-sudut pandang dalam menilai sebuah karya seni dan semua diserahkan pada penonton dan penikmat seni, karena motivasi dari harga mahal itulah muncul semangat generasi muda untuk mencipta karya-karya seni tingkat dunia. Tidak menutup kemungkinan, bahwa seni tari kreasi sekarang ini lebih dikuasai oleh generasi muda yang berstatus mahasiswa. 

Saya masih menunggu penari muda Bangka Belitung yang akan mengkreasikan tari tradisional daerahnya lalu menciptakan gebrakan baru yang berpijak pada gerak tari tradisional Kedidi Bangka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun