Mohon tunggu...
Mohamad Agus Yaman
Mohamad Agus Yaman Mohon Tunggu... Freelancer - Seniman

kreator Prov. Kep. Bangka Belitung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berkelana ke Desa Menduk, Babel

3 Oktober 2019   12:33 Diperbarui: 22 November 2020   11:30 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desa ujung di Pulau Bangka, hingga
jalan desa itu terhenti oleh sungai Menduk
yang tembus hingga laut.
- agus yaman

Desa ini sangat terpencil, jauh dari kebisingan kota, pembangunannya pun masih dirasakan kurang. Desa dengan masyarakat yang sangat ramah, bersahaja, bersahabat, dan selalu menawarkan makan minum bila ada tamu yang datang dari luar desa walau mereka bekerja hanya sebagai petani dan nelayan. Jiwa gotong royong mereka juga sangat tinggi, jiwa kebersamaan mereka tidak perlu diragukan lagi. 

Desa Menduk inilah yang pertama dan satu-satunya memelihara tari tradisional Kedidi, dan dari sungai Menduk inilah terciptanya tari Kedidi, tari yang terinspirasi dari burung Kedidi yang sering nelayan jumpai di tepi rawa-rawa sungai Menduk. Menurut keterangan yang di dapat dari penari Kedidi desa Menduk yaitu bapak Juhar, tari ini diangkat dari gerakan burung Kedidi yang banyak dijumpai nelayan di rawa-rawa saat menelusuri sungai menuju laut.

Pada waktu malam hari sambil melepas lelah setelah seharian bekerja atau setelah pulang dari kebun, penduduk desa menghibur diri dengan bermain musik Dambus sambil bedincak dan menari Kedidi. Tari kedidi melambangkan gerak-gerik burung Kedidi yang konon banyak terdapat di sungai dan sepanjang pantai pulau Bangka. Burung Kedidi sejenis burung yang suka berkelompok serta mempunyai keunikan dalam pola kehidupannya, terutama saat bermain-main dengan sesama temannya, serta ulah tingkahnya ketika mereka mencari makanan di tepi sungai Menduk.  

Sungai Menduk yang alirannya menuju ke laut.
Sungai Menduk yang alirannya menuju ke laut.

Penulis pernah menunggu datangnya burung Kedidi tersebut namun tidak pernah penulis lihat seperti gambaran yang diterangkan mereka, dan penulis mendapat masukan dari teman kalau burung itu bisa jadi sedang berimigrasi ke sungai Menduk pada bulan-bulan tertentu, karena gambaran burung Kedidi disungai Menduk tidak sama dengan gambaran burung Kedidi yang ada dipantai-pantai Bangka pada umumnya. 

Burung Kedidi ini hidup di alam terbuka, tidak bisa ditangkap untuk dipelihara dan telah memberi inspirasi kepada nelayan, menghibur diri bermain menirukan gerakan burung Kedidi, kemudian mereka menyusun tariannya, dan iringan musik pada mulanya diusahakan dari bahan-bahan yang ditemukan di alam sekitar seperti; kayu-kayu, batok kelapa dan lain-lain. 

Kemudian perkembangan inspirasi tertuju pada gerak-gerak kepiting. Apabila perahu sedang berlayar mereka memukul perahu sebagai penghias iramanya. Tarian ini kemudian berkembang menjadi hiburan muda mudi dengan sebanyak empat atau lima orang pada bulan purnama tanggal 13, 14, 15 setiap bulan. 

Tari Kedidi pada dasarnya bersifat pelipur lara, dan mereka mendapat inspirasi dari burung Kedidi yang hidup di muara sungai dan rawa-rawa, sering ditemui nelayan disepanjang tepian sungai, dan gerakannya lucu, terutama gerakan ekornya ketika meloncat dari satu tempat ke tempat lain, dari batu ke batu atau di atas batang pelepah nipah yang mengapung di atas air. 

Sebagai bentuk kesenian tari Kedidi ini kemudian menjadi lebih menarik ketika diiringi dengan dambus. Perkembangan variasi selanjutnya memasukkan unsur silat dan gerak pedang. Tari dan silat ini sering dipertandingkan atau dipertontonkan di desa-desa sekitar sehingga memicu improvisasi gerak dan komposisi serta kepandaian dalam mengembangkan gaya pribadi. Namun demikian dasar gerak burung Kedidi tetap dominan yang dapat memberi nuansa lincah, lembut, genit, maupun gagah dengan unsur silatnya. 

pagi dan sore sungai ini selalu dipenuhi anak-anak & masyarakat | dokpri
pagi dan sore sungai ini selalu dipenuhi anak-anak & masyarakat | dokpri
kenakalan, bandel, senang, duka, semangat anak-anak ini sangat nampak saat mengetahui kami mengambil gambar mereka | dokpri
kenakalan, bandel, senang, duka, semangat anak-anak ini sangat nampak saat mengetahui kami mengambil gambar mereka | dokpri
Terbentuknya tari tradisional Kedidi dapat disimpulkan sebagai hasil dari gambaran manusia terhadap alam sekitarnya, makna pesan tari Kedidi hasil penggambaran masyarakat terhadap kehidupan dilingkungannya, kemudian makna gambaran itu disempurnakan bersama dengan anggota masyarakat dan diajarkan secara turun temurun, sehingga tari Kedidi dapat bertahan hingga sekarang ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun