Mohon tunggu...
Rg Bagus Warsono
Rg Bagus Warsono Mohon Tunggu... Editor - Sastrawan

Rg.(Ronggo) Bagus Warsono lebih dikenal dengan Agus Warsono, SPd.MSi,dikenal sebagai sastrawan dan pelukis Indonesia. Lahir Tegal 29 Agustus 1965.Tinggal di Indramayu.Mengunjungi SDN Sindang II, SMP III Indramayu, SPGN Indramayu, (S1) STIA Jakarta , (S2) STIA Jakata. Tulisannya tersebar di berbagai media regional dan nasional. Redaktur Ayokesekolah.com.Pengalaman penulisan pernah menjadi wartawan Mingguan Pelajar, Gentra Pramuka, Rakyat Post, dan koresponden di beberapa media pendidikan nasional. Mendirikan Himpunan Masyarakat Gemar Membaca (HMGM) Indonesia. Tinggal di Indramayu.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Tak Elok Membanggakan Statistik di Sastra

19 September 2019   07:08 Diperbarui: 19 September 2019   10:00 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

a. Penyair
Di sastra puisi dan Penyair tidak dihitung untuk membanggakan jumlah. Misalnya sebuah kota atau daerah atau sebuah komunitas , atau sebuah grup di akun sosial memiliki jumlah penyair terbanyak.

Sangat kurang bijak apabila sebuah kota atau daerah atau sebuah komunitas , atau sebuah grup menepuk dada kami yang terbanyak. 

Sebab penyair berhubungan dengan karya sastra dan karya sastra berhubungan dengan apresiasi. Begitu pula terhadap sebuah antologi bersama tidak berarti yang jumlah pesertanya banyak disebut terbaik. Statistik di sastra hanya berhubungan dengan pancaran karyanya.

Meskipun penyairnya sudah meninggal akan tetapi pancaran karyanya terus bersinar maka nama itu akan terus menjadi bagian yang melekat di daerah itu misalnya. Jadi tidak ada statistik khusus tetang penyair. Maka wajar apabila buku daftar penyair berbeda-beda.

b. Karya Sastra
Ketika aku membanggakan pernah menulis ratusan cerpen dengan bukti kliping koran, betapa sombongnya aku ini. Sebab di hati adalah penyesalan dari sebanyak cerpen itu tak diketahui ada atau tidak, dan tak ada satu pun yang mendapat apresiasi.

Semua adalah apresiasi redaktur sekadar memenuhi kolom yang disediakan dalam koran/tabloid itu dengan penghargaan yang sangat murah.

Sebaliknya seseorang mengarang cerpen hanya satu. Walau satu sudah cukup untuk dikatakan seorang cerpenis .Karena cerpen itu menjadi buah bibir masyarakat . Apresiasi yang tinggi. 

Cerpen itu kemudian digubah menjadi novel, menjadi puisi dan menjadi scenario film atau sinetron. Nah, ini berarti statistik jumlah karya seseorang belum menjadi sebuah pengukuhan atau sebutan dari dampak yang ditimbulkan karena menyebut jumlah statistik.

Begitu pula di antologi, belum tentu penyair dengan statistik puluhan antologi itu lebih bagus ketimbang yang belum memiliki antologi yang diterbitkan.

(rg bagus warsono, 19-09-2019)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun