Pada suatu hari, seorang lelaki datang menemui Rasulullah saw. Wajahnya tampak letih. Langkahnya berat. Matanya menyiratkan keputusasaan.
Dia memohon bantuan, berharap Rasulullah memberinya sesuatu untuk meringankan beban hidupnya.
Di hadapan manusia termulia yang tak pernah menolak siapa pun, ia menggantungkan seluruh harapannya.
Namun, yang keluar dari lisan Rasulullah bukan sekadar pemberian materi, melainkan pelajaran hidup yang jauh lebih berharga.
Rasulullah memandang lelaki itu dengan penuh kasih, lalu bersabda:
"Sesungguhnya jika seseorang terus-menerus meminta kepada manusia, maka ia akan datang pada hari Kiamat dalam keadaan wajahnya tidak berdaging."Â (HR. Muslim)
Bukan karena beliau tidak peduli, melainkan karena beliau ingin mengangkat derajat jiwa lelaki itu---agar dia tidak hidup dalam ketergantungan kepada makhluk, tetapi kembali menyandarkan harapan sepenuhnya kepada Sang Pencipta.
Pada kesempatan lain, Rasulullah saw memegang pundak Abdullah bin Abbas, yang saat itu masih sangat muda.
Dengan kelembutan seorang guru dan kekuatan visi seorang Nabi, beliau menanamkan prinsip agung dalam hati muridnya:
"Wahai anak kecil, aku ajarkan kepadamu beberapa kalimat: Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jika engkau meminta, mintalah kepada Allah. Jika engkau memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh umat berkumpul untuk memberikan suatu manfaat kepadamu, mereka tidak akan bisa memberikannya kecuali apa yang telah Allah tetapkan untukmu." (HR. Tirmidzi)