Manusia sering terbuai dalam gemerlap rencana, ambisi, dan kesibukan yang tak pernah habis.
Padahal tanpa terasa, waktu berjalan dalam diam. Ia tidak menampakkan tanda-tanda awal yang mencolok, tidak menyalakan alarm atau mengirim peringatan. Ia hanya berjalan. Pelan, tapi pasti. Hingga suatu hari, kita tersentak.
Tiba-tiba, mata yang dulu tajam kini mulai buram saat membaca huruf-huruf kecil di layar smartphone.
Tiba-tiba, tubuh yang dulu kuat memanggul beban kini gemetar hanya karena membawa dua kantong belanja.
Tiba-tiba, langkah kaki yang dulu cepat menanjak tangga kini tertatih-tatih, butuh pegangan dan jeda untuk menarik napas.
Tiba-tiba, kita duduk di ruang tunggu rumah sakit, bukan lagi untuk menjenguk, tapi untuk diperiksa karena tekanan darah yang tak stabil.
Tiba-tiba, memori yang dulu tajam mengingat setiap nama dan tanggal kini mulai kabur seperti foto lama yang memudar.
Tiba-tiba, malam terasa lebih panjang karena tidur tak lagi nyenyak seperti dulu.
Tiba-tiba, undangan pernikahan mulai berganti dengan undangan takziah.
Tiba-tiba, kita sadar, ternyata lebih banyak waktu yang sudah lewat daripada yang tersisa.