Di zaman yang bergerak cepat dan tak terduga ini, banyak dari kita merasa seperti sedang berlayar di tengah samudra yang luas tanpa kompas.
Gelombang informasi datang bertubi-tubi. Ekspektasi sosial tak henti menghantui. Pun bayangan kegagalan sering kali lebih kuat daripada harapan akan keberhasilan.
Kita duduk diam, tapi pikiran terus berjalan. Kita tertawa, tapi hati menyimpan tanya.
"Apa yang akan terjadi padaku nanti? Apakah aku akan berhasil? Apa yang harus aku lakukan bila semua ini tidak berjalan seperti yang aku rencanakan?"
Kecemasan semacam ini bukanlah hal yang memalukan. Justru, itu adalah pertanda bahwa hati kita hidup dan peduli.
Kita menginginkan hidup yang berarti, ingin memberi makna, ingin menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri.
Tapi justru karena itulah, kita mudah tersesat di antara keinginan dan kenyataan.
Di titik inilah kita perlu berhenti sejenak. Bukan untuk menyerah, tapi untuk merenung. Untuk menengok ke dalam, sebelum melangkah ke luar.
Karena sering kali, arah masa depan tidak ditentukan oleh apa yang terjadi di luar sana, melainkan oleh ketenangan dan kejernihan yang kita miliki di dalam diri.
***
Al-Qur'an menyadarkan kita bahwa manusia memang diciptakan dengan beban, tetapi tidak pernah dibebani melebihi kemampuannya. Allah Swt. berfirman: