Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sejak Dulu, Nuansa Budaya di Surabaya Cenderung Garing

29 Januari 2023   16:29 Diperbarui: 30 Januari 2023   11:13 972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hi-Tech Mall yang berada di depan THR Surabaya. foto:  jatim.tribunnews.com 

Saya diplot menulis Manten Pegon. Tradisi upacara atau prosesi pernikahan Surabaya. Yang mulai populer di era kolonial sekitar abad ke-19. Memiliki keunikan dan sangat identik dengan karakteristik masyarakat Surabaya yang multikultural, egaliter, dan terbuka.

Kilau Manten Pegon kian hari kian meredup. Masyarakat Surabaya makin jarang yang menggunakan Manten Pegon untuk melaksanakan pesta pernikahan. Hanya sebagian kecil, itu pun yang tinggal di beberapa kawasan pinggiran.

Kantong-kantong berkesenian di Surabaya juga tidak bergairah. Bahkan sebagian sudah tidak ada lagi. Dulu, Surabaya punya Akademi Seni Rupa Surabaya (Aksera). Berdiri sejak tahun 1967-1972. Yang mendirikan para seniman Surabaya.

Sejarahnya, Aksera mewadahi calon seniman dalam bentuk pendidikan formal. Serta banyak mencetak seniman besar yang mewarnai khasanah dunia seni rupa Indonesia, di antaranya, Thalib Prasojo, Hardi, Dwijo Sukatmo, Nunung WS, Ari Setiawan, dan lainnya.

Aksera sebelumnya melakukan aktivitas di Balai Pemuda. Kemudian pindah di kawasan Dukuh Kupang. Keberadaan Aksera tidak kelewat cemerlang sekarang. Pemerintah Kota Surabaya juga tak tergerak untuk menyelamatannya.

Gedung di THR dan TRS yang masih tersisa. foto:diskominfo surabaya
Gedung di THR dan TRS yang masih tersisa. foto:diskominfo surabaya

***

Kini, THR dan TRS dalam proses revitalisasi. Salah satu tujuannya untuk mewadani aktiviitas seni dan budaya. Menyediakan tempat untuk para pegiat seni dan budaya.

Ada beberapa catatan yang perlu menjadi perhatian. Pertama, penataan baru THR-TRS tersebut harus dibarengi konsep yang matang. Jangan sampai hanya mengejar target, penataan THR-TRS yang baru nanti tidak banyak manarik dan tidak merangsang publik untuk datang.

Pemerintah Kota Surabaya perlu mendengar masukan komunitas maupun pegiat seni dan budaya. Juga para pelaku usaha yang bergerak di sektor pariwisata.

Ada pengalaman seorang teman. Dia biasa mengantar turis dari kapal pesiar. Bagi wisatawan asing, tak ada yang menarik dari keriuhan di mal. Justru tempat-tempat tersembunyi seperti di pasar tradisional, makam tua, blusukan di kampung yang membuat mereka antusias datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun