Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Berdamai, Hapuslah Residu Masa Lalu

6 Oktober 2022   14:03 Diperbarui: 9 Oktober 2022   10:11 929
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ikrar damai sejumlah kelompok suporter di Kabupaten Purworejo digelar dalam aksi doa bersama dan tabur bunga sebagai ungkapan duka terhadap tragedi Kanjuruhan Malang di Alun-alun Kabupaten Purworejo pada Selasa (4/10/2022). (Foto: KOMPAS.COM/BAYUAPRILIANO) 

Tapi fakta di lapangan tidaklah sama. Permusuhan suporter masih berlangsung . Khususnya di level akar rumput. Baik Bonek maupun Aremania masih saling ejek.  Media sosial pun selalu riuh setiap kali kedua klub besar di Jawa Timur itu bertanding.   

***

Kini, upaya perdamaian itu dijajaki kembali. Setelah terjadi Tragedi Kanjuruan yang memilukan itu. Yang menjadi perhatian banyak negara di dunia.  

Saya optimistis momentum ini sangat tepat untuk mendamaikan Bonek dan Aremania. Kita mungkin masih ingat gempa bumi dan tsunami di Aceh dan Nias pada 20224. 

Peristiwa yang meluluhlantakan Aceh dan Nias. Pada ujungnya menyatukan TNI dan anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

Lantaran tsunami, baik TNI maupun GAM sepakat untuk melakukan gencatan senjata. Mereka berjibaku menyelamatkan seluruh korban jiwa. Meski waktu masih dalam situasi operasi militer: TNI menghadapi GAM.

Ada beberapa hal yang pantas dicermati untuk mewujudkan perdamaian itu. Pertama, menanggalkan ego sektoral. 

Yang mencuat akibat adanya kepentingan kelompok tertentu mengalami tekanan atau mencari keuntungan demi kelompoknya. Simpelnya, masing-masing pihak harus legowo untuk tidak mengungkit-ungkit masa lalu yang buram itu.

Kedua, perdamaian harus melibatkan banyak stakeholder sepak bola. Baik  PSSI, operator liga, klub, dan fansnya sendiri. Upaya edukasi harus terus menerus dilakukan. 

Membelah mereka dengan melarang menonton sepak bola bila tim kesayangannya bertanding bukan solusi terbaik.  Pun dengan memahami kultur dari masing-masing fans juga sangat diperlukan. '

Ketiga, mengedepankan prinsip kolaborasi. Ada yang menyebut rivalitas dari masing-masing fans ini sebagai harta karun sepak bola yang sebenarnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun