Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Perawat Ini Bantu Penyembuhan Pasien TB MDR dengan Bikin Handicraft

17 Maret 2021   13:11 Diperbarui: 18 Maret 2021   12:04 884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Apsari Listyowati memamerkan produk yang diajarkan kepada pasien TB MDR. foto: dok.pribadi

Ada pula faktor internal berupa sifat bakteri itu sendiri. Beberapa bakteri MTB bisa memiliki sifat genetik (genotipe) yang memang resisten terhadap antibiotik tertentu. Artinya, resistensi antibiotik juga bisa menjadi sifat alamiah atau bawaan bakteri tuberkulosis.

Peluang terjadinya resistansi bakteri juga akan meningkat apabila jumlah MTB di dalam tubuh sangat banyak. Artinya, semakin banyak bakteri yang resisten terhadap jenis antibiotik yang berbeda. Inilah sebabnya, durasi pengobatan TB MDR bisa berlangsung lebih panjang dari yang seharusnya.

Pengobatan TB MDR memberikan efek samping luar biasa. Setiap minum obat, penderita dipastikan sering mual. Bahkan tak sedikit yang muntah-muntah. "Penderita juga bakal sering meludah, pusing, badan gemetar, lemas, nyeri di sekujur tubuh," ujar Apsari.

Tak hanya itu, karena setiap hari harus diinjeksi, pantat penderita TB MDR menjadi keras dan nyeri. Mereka pun merasa tak nyaman untuk duduk maupun tidur.

Lantaran efek samping yang berat saat minum obat dan injeksi tersebut, Apsari kemudian mencari solusi untuk menyiasatinya. Bagaimana cara mengalihkan perhatian agar pasien TB MDR tak kelewat terbebani kalau minum obat. Mereka juga bisa lebih rileks menjalani aktivitasnya sehari-hari.

Apsari Listyowati bersama pasien di Puskesmas Tambakrejo. foto: dok pribadi
Apsari Listyowati bersama pasien di Puskesmas Tambakrejo. foto: dok pribadi

Lebih Kooperatif

Suatu ketika, Apsari Listyowati membawa perlengkapan untuk membuat handicraft. Berikut bahan-bahan yang dimiliki ke puskesmas. Di antaranya mutiara sintetis dalam packing plastik, potongan kain flanel, gunting, obeng, kawat, lem tembak, senar, dakron, dan sebagainya.

Iseng-iseng, Apsari mengajak pasien TB MDR untuk ikut membuat kerajinan tangan. Awalnya, mereka mengerjakan agak kaku. Maklum, baru pertama kali. Namun, lama-kelamaan mereka mulai terbiasa. Hingga benar menyukainya. Tiga, empat kali belajar, tangan-tangan pesien TB MDR tersebut mulai terampil.

Apsari sengaja mengajari mereka membuat handicraft setelah minum obat. Karena dia ingin penderita TB MDR punya kesibukan membuat kerajinan tangan dan mencoba melupakan efek sampingnya. "Istilahnya nylimurno (mengalihkan perhatian) pasien. Biar fokus pada aktivitas yang produktif," turtur dia  

Kata dia, dengan diselingi belajar membuat handicraft setelah minum obat, ternyata dapat mengurangi keluhan mual dan muntah yang dialami pasien TB MDR. Lantaran keluhan efek sampingnya berkurang, otomatis pasien TB MDR lebih cepat dalam meminum obat. Tidak seperti sebelumnya, di mana untuk minum satu obat harus menunggu beberapa lama sebelum minum obat selanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun