Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Mus Mulyadi, The King of Keroncong, dan Kenangan Ngamen di Tunjungan

8 Februari 2021   21:22 Diperbarui: 9 Februari 2021   12:15 6741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyanyi keroncong Mus Mulyadi (Dok. Musica via kompas.com)

Sonata Tanjung kemudian bergabung dengan grup rock AKA bersama Ucok Harahap, Arthur Kaunang, dan Syech Abidin, 1970. 

Bersama Arista Birawa, Cak Mus menelurkan satu album. Diproduksi PT Demita Record, 1965. Cak Mus sempat menjadi pelatih band Irama Puspita. Sebagian personel Irama Puspita kemudian pindah ke Jakarta dan menjelma menjadi Dara Puspita.

Cak Mus lahir di Surabaya, 14 Agustus 1945. Dia bersama tiga rekannya, Zaenal Abidin, Arkan, dan Alm Jerry Suisy, nekat mengadu nasib ke Singapura, 1967.

Nasib orang tak dapat diduga. Setibanya di Singapura, mereka justru jadi pengangguran. "Dua tahun kami mbambung (nganggur)."

Mimpi menjadi penyanyi sukses tak kunjung terwujud. Malah telantar. Beruntung ada orang Melayu yang baik hati. "Kami ditampung sampai bertahun-tahun. Tapi kami kan malu. Sampai pernah satu hari, kami makan kue perata hanya dengan sambal, bukan makan nasi lagi."

Meski pahit, dia dan rekan-rekannya harus mematri asa. Mencoba bersabar menunggu job dari hotel-hotel di Singapura.

Lama menganggur membuat Cak Mus gundah. Dia lantas berkreasi menciptakan lagu. Muncullah lagu Sedetik Dibelai Kasih, Jumpa dan Bahagia. Hingga terkumpul sepuluh lagu. Cak Mus kemudian menawarkan karya-karyanya kepada Live Recording Jurong, 1969.

Senangnya, Jurong mau menerima. Kesepuluh lagunya direkam. "Saya tampil sendiri. Waktu itu, saya tidak berharap jadi artis. Hanya ingin cari duit buat pulang. Hanya itu saja."

Setelah rekaman, Cak Mus diminta membuat instrumentalia lagu-lagu keroncong. Tentu saja, kesempatan ini tak disia-siakan. Hasilnya, Cak Mus dapat 2.800 dollar Singapura untuk dua LP (piringan hitam). "Tapi akhirnya dikeluarkan kecil-kecil jadi empat lagu."

Di cover depan album tersebut dicantumkan nama "Mus". Itu diambil dari nama ibunya, Muslimah. "Saya sangat menghormati dan mencintai beliau."

Setelah mengantongi uang, Cak Mus dan tiga rekannya kembali ke Tanah Air. Persis ketika Presiden Soekarno meninggal. Selama dua bulan, aktivitasnya hanya di rumah. Menunggui ibunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun