Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jakob Oetama dan Buku Sketsa Tokoh yang "Raib"

9 September 2020   22:23 Diperbarui: 3 Januari 2021   13:32 718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jakob Oetama di Gedung Kompas Gramedia, Palmerah Selatan, Jakarta, Selasa (27/9/2016).(KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULU 

Saya menjadikan Jakob Oetama sebagai salah seorang esais rujukan. Ini karena tokoh pers dan pendiri Kompas Gramedia Group tersebut, punya perspektif luas dan bijak dalam melihat persoalan yang berkembang di masyarakat. Hal itu tertuang dalam banyak karyanya.

Saya menjadikan Jakob Oetama sebagai sosok jurnalis yang komplet. Memiliki kepekaan dan intensitas berpikir baik. Dia juga satu dari segelintir jurnalis yang sukses membangun imperium media yang sangat disegani di Indonesia.

Sebagai orang yang mengidolakan dia, saya antusias ketika mengikuti pelatihan jurnalistik mahasiswa tingkat lanjut di IAIN Syarif Hidayatullah (sekarang UIN Jakarta Syarif Hidayatullah), tahun 1999, ada agenda mengunjungi kantor redaksi Kompas di Jalan Palmerah Selatan, Jakarta Pusat. Saya berhasrat bisa bertemu Jakob Oetama. Bisa menggali banyak hal tentang pengalaman dan ilmu jurnalistik.

Akan tetapi, keinginan bertemu Jakob Oetama belum terwujud. Saya dan juga peserta diklat jurnalistik ditemui beberapa redaktur Kompas. Kemudian diajak berkeliling melihat proses kerja hingga produksi koran. Yang masih saya ingat, kala itu ada puluhan pelajar yang sibuk mengetik isi koran-koran lama di komputer untuk kebutuhan database.

Banyak insight yang saya peroleh dari kegiatan dan sejarah koran terbesar di Indonesia itu. Terlebih saya juga merasa terhibur bisa berbincang dengan Sujiwo Tejo yang waktu itu memegang desk budaya. Pria eksentrik ini sekarang menjadi budayawan dan telah membintangi beberapa film.

Dari Jacob Oetama, saya bisa becermin bagaimana seharusnya jurnalis menempatkan diri di posisi tengah. Yang bisa menyajikan fakta dan peristiwa sesungguhnya. Punya kemerdekaan berpikir dan menjauhi syak wasangka. Yang selalu berpihak pada kebenaran dan keadilan.

Dalam catatan ini, saya ingin mengulik satu peristiwa yang sampai sekarang masih saya kenang. Ketika masih menjadi wartawan Radar Surabaya, tahun 2006, saya menulis buku. 

Judulnya Sketsa Tokoh Suroboyo. Buku tersebut berisi 21 kisah tokoh yang telah memberikan kontribusi dan mewarnai jejak kehidupan di Kota Pahlawan. 

Mereka di antaranya R Soekotjo (mantan wali kota Surabaya), HM Said (politisi), Kartolo (seniman), Suparto Brata (budayawan), Johan Silas (pakar tata kota), Lim Keng (pelukis), Nyoo Kim Bie (legenda bulutangkis), dan Bubi Chen (musisi).

Buku tersebut diberi pengantar oleh Dahlan Iskan yang waktu itu menjabat Chairman Jawa Pos Group. Beberapa nama juga ikut memberi catatan, yakni Soenarjo (waktu itu menjabat wakil gubernur Jawa Timur), Bambang DH (waktu itu menjabat Wali Kota Surabaya), Muhammad Nuh (waktu itu menjabat rektor ITS), dan Mus Mujiono (musisi).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun