Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Susahnya Jadi Pelaku Usaha Perfeksionis

19 Januari 2020   15:08 Diperbarui: 20 Januari 2020   07:20 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelaku usaha mikro (Ilustrasi foto: Arya wiraraja)

Ketiga, result oriented. Usaha harus bisa bisa diukur. Tak bisa hanya berdasar preferensi diri sendiri. Kasus yang kerap kali mencul, pelaku usaha menyakini produknya yang terbaik. Namun, ketika dilempar ke pasar, hasilnya sangat tidak memuaskan.

Membuat produk bukan berdasar kebutuhan market. Dalam konteks ini, bisa dicontohkan banyaknya produk kuliner yang kurang mendapat respon baik dari publik. Meski dikuatkan dengan tagline legendaris, tradisional, dan memiliki sejarah panjang. 

***

Pengalaman lain yang saya dapatkaan selama 8 tahun membantu pelaku usaha mikro adalah terkait mentalitas usaha. Mereka gampang patah arang ketika produknya tidak laku. 

Hal serupa juga sering terjadi saat ada yang mencibir atau mem-bully produknya. Biasanya terjadi di media sosial (medsos). Ketika di-bully, mereka merasakan dunia seolah runtuh. Baper super berat.

Saya mencatat beberapa terjadi terkait mentalitas tersebut. Masalah kedisiplinan, misalnya. Pelaku usaha mikro kerap tidak konsisten. Produksi tidak teratur sampai kasus barang tidak dikirim tepat waktu. 

Kelemahan lain, banyak pelaku usaha kurang memikirkan detailnya. Mereka tak bisa menjelaskan keunggulan produknya. Padahal, produk yang baik bisa memaksa orang untuk menceritakan kepada orang lain.

Dalam kaitan itu, hingga sekarang, masih jarang pelaku usaha yang perfeksionis. Saya bisa menceritakan pengalaman ini. Suatu ketika, kamis memesan 500 nasi kotak kepada pelaku usaha. Kami tak meragukan kualitas nasi kotak buatan pelaku usaha tersebut. Seperti hanya ketika kami memesan sebelumnya dalam jumlah 50 pack,100 pack, dan 200 pack. 

Namun yang terjadi sebaliknya. Ketika dibagikan kepada tamu, banyak nasi kotak yang basi. Sayuran belum matang. Ketika dikomplain, pelaku usaha menjawab enteng saja, "Gini, Anda umumkan yang menerima nasi basi suruh kembalikan. Saya akan ganti."

Saran itu tentu saja tak kami turuti. Bagaimana mungkin, di tengah acara kami mengumumkan hal itu. Tentu protes bakal bermunculan. Bisa berantakan. Ujungnya, kami membiarkan dan beberapa orang menyatakan komplain karena nasi basi tersebut.

Ada lagi yang bikin kami mengelus dada. Ketika salah satu institusi negeri tertarik setelah kami mempromosikan produk pelaku usaha mikro. Selama ini, mereka memesan kue basah dari toko besar. Tester dengan varian produk kue basah lalu dikirim. Kemudian disepakati untuk pengiriman kue basah secara periodik. Berikut mekanisme pembayarannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun