Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bila Menteri PPPA Dapat "Cermin" Bertemu Pelaku Usaha Lansia

10 Desember 2019   09:47 Diperbarui: 10 Desember 2019   10:54 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Deny Wijayanti, I Gusti Ayu Bintang Darmawatim dan Chofiyah saat bertemu di Surabaya.foto:arya wiraraja

Tangan I Gusti Ayu Bintang Darmawati meraih pundak Chofiyah (72 tahun). Mendekap dan memeluknya erat. Dia mengucapkan perasaan bangga. Salut. Bahkan menjadi pelajaran hidup bagi dia dan semua perempuan Indonesia . Jika usia tak jadi halangan untuk produktif. Mendapat penghasilan. Tanpa menggantungkan belas kasih keluarga, apalagi orang lain.

Bintang datang ke Surabaya, Minggu (8/12/2019). Sekira pukul 14.00 WIB. Sehari sebelumnya, dia sampaikan keinginan melihat pelatihan Pahlawan Ekonomi di Kaza City Mall. Program pemberdayaan ekonomi perempuan yang digagas Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sejak 2010.

Saya bersama komite Pahlawan Ekonomi yang lain, menyiapkan banyak hal menyambut kedatangan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) tersebut. Mengundang para pemenang Pahlawan Ekonomi sejak tahun 2010 sampai 2019. Sekaligus memamerkan produk-produk unggulan yang sudah dijual di ritel modern.

Bintang datang didampingi Kepala Dinas Perdagangan Surabaya Wiwiek Widayati dan Kepala Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP5A) Surabaya Chandra Oratmangun.

Saat itu, Bintang meminta testimoni pelaku usaha. Dipilih secara random. Bintang lalu menyilakan Chofiyah dan Deny Wijayanti. Kedua perempuan pelaku usaha yang memulai usaha dari nol.

Bintang sungguh tak menyangka manakala Chofiyah memperkenalkan diri sebagai perempuan pelaku usaha lansia (lanjut usia). Dia memulai usaha di usia 64 tahun.

Awalnya, Chofiyah ditolak mengikuti pelatihan yang diadakan dinas-dinas di Pemerintah Kota Surabaya. Sebab, syarat peserta pelatihan usianya maksimal 50 tahun. Chofiyah dianggap memenuhi persyaratan itu. Usia segitu baiknya lebih banyak di rumah. Ngemong cucu. Beribadah. Menikmati hari tua. Begitu kira-kira yang dirasakan Chofiyah dengan penolakan ikut pelatihan . 

Chofiyah masygul. Dia gak terima dengan pandangan banyak orang, jika usia senja tak bakal mampu berbuat sesuatu yang menghasilkan. Perasaan itu cukup lama ia pendam. Hingga, pada tahun 2011, dia berkesempatan bertemu Bu Risma. Di acara road show Pahlawan Ekonomi. Dia protes, kenapa gak oleh ikut pelatihan. Waktu itu, Bu Risma tersenyum, lalu  dan memeluk Chofiyah. Bu Risma bilang, "Ibu jangan kuatir. Ibu pasti bisa ikut pelatihan. Nanti ada yang menghubungi."   

Singkat cerita, Chofiyah diperboleh ikut pelatihan Pahlawan Ekonomi. Atas rekomendasi Bu Risma, tentunya. Dua tahun kemudian, Chofiyah menjadi satu dari sekian banyak perempuan pelaku usaha yang mampu mendulang rupiah. Produknya lapis Surabaya dengan brand DeLapis laku dijual. Yang beli bukan cuma orang Surabaya, tapi juga kota-kota lain di Indonesia. Artis Marissa Haque sampai kini jadi pelanggan Chofiyah.

Yang membuat Bintang kagum, Chofiyah punya cerita soal pemberian uang bulanan empat anaknya. Dia tak mau menyebutkan nominalnya. Uang bulanan itu tak pernah ia pakai. Dia merasa sudah cukup membiayai hidup dari jerih payah jualan lapis Surabaya.

"Saya terima empat amplop tiap bulan. Dari anak-anak saya. Saya simpan. Kalau Lebaran, saya bagi-bagi ke cucu-cucu saya," ucap Chofiyah, lalu tersenyum.

***

Satu lagi perempuan pelaku usaha Surabaya yang mencuri perhatian Menteri PPPA I Gusti Ayu Bintang Darmawati. Namanya, Deny Wijayanti. Sejak tahun 2017, Heni mendapatkan sertifikasi melakukan trauma healing untuk anak-anak dan orang dewasa.

Yanti, begitu ia karib disapa, seorang volunter untuk korban gempa di Lombok (tahun 2018), banjir bandang di Makassar (tahun 2019), gempa bumi dan tsunami di Palu (tahun 2019).

Motivasi Yanti bergabung dengan Pahlawan Ekonomi karena dia ingin bisa membuat kue. Kue yang enak, bergizi, dan halal, katanya. Selain dijual, dia juga ingin membagikan kepada anak-anak yang nasibnya kurang beruntung. Mereka yang membutuhkan asupan makanan bergizi.     

"Saya belajar mulai dari gak bisa apa-apa di sini. Bareng ibu-ibu lainnya. Saya senang akhirnya bisa. Saya bersyukur bisa bergabung di sini (Pahlawan Ekonomi, red)," ucap Yanti.

Yanti rutin ikut pelatihan. Berbagai resep dia coba. Berkali-kali. Hingga, dia mampu membuat beberapa varian kue. Awalnya, kue buatannya  di-tester-kan ke teman-temannya. Yanti butuh masukan dan saran. Sampai akhirnya dia berani menjual di pasaran.

Setelah bisnisnya mulai berkembang, Yanti ingin membuat produk yang bisa menjadi makanan sehat anak-anak kurang beruntung. Produk cookies ikan gabus dan cookies kelapa almond dilahirkan. Yang sangat layak dikonsumsi buat anak-anak berkebutuhan khusus. Yanti juga menyampaikan informasi nilai nutrisnya.  

Niat untuk tidak sekadar mencari duit terus dikobarkan. Tahun ini, Yanti bekerja sama dengan Journey Home Foundation & Youth Shine Academy Denpasar, Bali untuk memberikan Cookies For Happiness kepada anak-anak autis di 10 Kota Besar di Indonesia.

Lagi-lagi, Bintang mengaku seperti menemukan "cermin". Dari kaum perempuan tangguh yang mampu berbuat sesuatu, bukan hanya untuk pribadi, tapi juga sesama. Perempuan yang punya arti lebih mengisi kehidupan.  

"Saya kira ini bisa jadi role model. Sangat pantas jika membawa program Pahlawan Ekonomi ke daerah lain," ucap Bintang. (agus wahyudi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun