Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Gang Trengguli

20 November 2019   14:23 Diperbarui: 22 November 2019   08:31 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. (Foto: KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA)

Mas Topo tak sendiri. Jauh hari sebelumnya, keluarga Khalim didera kejadian mengenaskan. Pagi buta usai subuh, Khalim bersama istrinya, Inayah, berangkat ke Stasiun Semut untuk jualan jajan pasar. Pagi itu, motor yang ditumpangi terguling. Khalim bersama Inayah terpental dari motornya.

Khalim terluka. Kulit kedua sikunya mengelupas. Istrinya yang hamil tujuh bulan, mengalami pendarahan serius. Bayi dalam kandungannya harus dikeluarkan lewat operasi caesar. Beruntung bayinya berhasil diselamatkan. Sementara motornya ringsek. Khalim harus menjual motornya itu untuk biaya operasi dan persalinan istrinya.

***

Suatu pagi di Kampung Trengguli. Azan Subuh terdengar dari suara yang agak berat dari musala. Lafadznya tak jelas. Intonasinya tak beraturan. Sesekali nadanya terdengar sedak. Kadang juga suaranya terhenti, lalu menyambung lagi.

Beberapa orang terlihat berjalan hampir bersamaan. Rata-rata mereka memakai baju gamis, sarung, kopiah. Ada yang menentang dan tasbih yang di tangan. Raut muka dibasahi bulir-bulir air. Segar dan bersih. Bau minyak zafaron merebak menusuk hidung.

"Pagi ini dingin sekali, Mas," sapa Kirno saat bertemu teman-temannya.

"Biasanya kalau cuaca begini pasti ada kejadian tak terduga," sela Nirwan, seorang pensiunan TNI.

"Maksudnya?"

"Ya, macam-macam, tho. Ingat, waktu Mbah Darmo yang meninggal minggu lalu. Atau Dik Nanang yang barusan itu. Cuacanya yang dinginnya seperti ini, kan?"

"Lha, apa hubungannya, Mas? Yang meninggal terakhir itu kan kena demam berdarah?"

"Ya, betul. Karena dingin cuaca saat itu lalu ada nyamuk nyasar," ucap Nirwan membenarkan diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun