Pak Bara pun enteng menjawab, "Saya heran, kenapa saya memakai kaus ini diributkan. Disangkut-pautkan dengan kepribadian. Atau mungkin dicap radikal. Kenapa mereka yang memakai kaus bergambar Micahel Jackson, Mick Jagger atau Madonna tidak diributkan? Apa akhlak mereka itu lebih baik dari Khomeini?"
Tak hanya bicara, Pak Bara adalah penulis hebat. Dia pencerita ulung. Hanya untuk sebuah artikel, dia bisa duduk berjam-jam sambil mengetik di depan layar komputer. Sebagai penulis, Pak Bara bisa menjadi sangat heroik, narsisis, dan agitatif. Tak jarang, dia bisa jadi sangat melankolis dan romantis. Sudah puluhan atau mungkin ratusan syair ia tulis. Sebagian syair dia bukukan sebagai kado ulang tahun perkawinan emasnya.
Pujian dan sanjungan membuat Pak Bara kini menjadi sosok yang asing di mata orang dekatnya. Pak Bara memang berubah? Ah itu kan manusiawi. Â Dia ditokohkan, tapi banyak orang tak tahu jika ia amat kesepian. Dia dipuja, tapi tak banyak orang tahu ia sok kuasa yang tak pernah memikirkan nasib anak buahnya. Dia dicap seorang demokrat, tapi tak banyak yang tahu kalau kini dirinya makin sadis menindas kaum melarat.
***
Tiba-tiba, kakiku spontan menukik pedal rem mobil. Median jalan raya nyaris kulabrak. Spontan aku beristighfar dalam debar di dada. Tiba-tiba, aku merasa tak percaya diri menemui Habib Usman. Selain tidak kelewat dekat, aku merasa tak sopan membangunkan Habib Usman. Terlebih hanya untuk minta air yang harus didoai dia.
Di tengah kebingingan, aku bergumam, apa bedanya sih doa Habib Usman dengan doaku sendiri? Apakah doa sang habib lebih makbul? Bukankah doa manusia itu tanpa hijab pada Tuhannya jika ia bersungguh-sungguh memintanya?
Aku teringat beberapa peristiwa. Ketika ada orang pintar merapal doa seraya seluruh raga dan pikirannya tertuju pada air. Lalu ia mencimpratkan air tadi ke pasiennya atau memintanya untuk meminum air tersebut. Hasilnya, ada yang sembuh, cuma ada juga yang tidak berdampak apa-apa. Bahkan malah bablas ke alam baka.
Lantas, apa bedanya dengan penelitian Masaru Emoto? Peneliti Jepang yang kondang itu. Dari buku The Secret Life of Water yang pernah kubaca, Emoto menguak rahasia, mengapa air dapat menyebuhkan penyakit? Melalui penelitian ilmiah, dia membuktikannya dengan karya kristal-krital air. Buku yang ditulis Emoto soal rahasia air ini laris manis dan banyak dikagumi khalayak.
Yang masih tergiang di benakku, Emoto memaparkan bahwa kata-kata yang diucapkan yang penuh doa dan kebaikan akan membentuk kekuatan halus yang dapat menyembuhkan. Begitu pun sebaliknya, jika kata-kata buruk akan membentuk Kristal-kristal tak beraturan.
Aku mengendorkan kecepatan mobil, setelah kulihat minimarket yang buka 24 jam. Kuparkir mobil agak jauh dari pintu masuk. Â Aku bergegas menuju ke rak minuman air mineral. Kubeli dua botol berisi 1,5 literan. Belum beranjak menuju kasir, aku ingat pernah membawa air dari Habib Usman. Biasanya, Habib Usman selalu menempeli kertas yang di lem menumpuki label asli di air mineral. Di kertas putih itu, Habib Usaman menulis nama orang yang meminta doanya.
Lem dan gunting sekalian kubeli, sebelum kuselesaikan pembayaran. Aku sempatkan meminta dua lembar kertas HVS putih kepada kasir yang melayaniku.
