Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hari Pahlawan, Sidang Paripurna, dan Suparto Brata

8 November 2019   19:33 Diperbarui: 9 November 2019   16:50 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi:sunday-digital.com

Sehari, Suparto bisa menulis sepuluh lembar di atas kertas folio, spasi tunggal, dengan font huruf 12. Ruang kerjanya sebuah kamar berukuran 4 x 3 meter. Ruang itu ada tempat tidurnya. Ada juga lemari dan rak buku, selain komputer berikut printer-nya. Banyak deretan dan dan tumpukan buku karyanya.

Suparto Brata juga sosok yang concern dengan sejarah Kota Pahlawan. Sudah ratusan artikel, cerpen, novel yang terkait dengan Surabaya. Baik yang berbahasa Indonesia maupun bahasa Jawa.

**

Suatu ketika, saya terlibat perbincangan hangat dengan Suparto Brata terkait Peristiwa 10 Nopember 1945. Yang kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan. Peristiwa heroik merebut kemerdekaan yang melibatkan Arek-Arek Suroboyo.

Menurut Suparto, hingga sekarang, peristiwa itu tak pernah terdokumentasi secara baik. Coba ditelisik, berapa banyak dokumentasi yang merekam peristiwa monumental tersebut? Tidak banyak.   

Suparto lalu menyodorkan tiga buku yang ditulis peneliti Belanda. Yakni, Revolutie in Soerabaja karya W. Mellbuijsen (2000), Macaber Soerabaja 1945 karya Richard L, Kloesan (2004), dan Bersiap! (Opstand in Het Paradijs) karya DR. HTMBussemaker. Buku-buku tersebut sudah berulang kali dicetak ulang dan mendunia.

Selain tiga buku tersebut, Suparto meyakini masih ada buku-buku tentang Peristiwa 10 Nopember di Surabaya yang ditulis peneliti Belanda. Juga film-film yang dibuat warga Belanda dengan setting Peristiwa 10 Nopember 1945.

Bukan hanya itu. Hari Pahlawan hingga sekarang berasa hanya sebagai seremonial. Tiap tahun, Presiden RI memberi penghargaan kepada mereka yang telah berjasa terhadap perjuangan merebut kemerdekaan Republik Indonesia. Tahun ini, Presiden Jokowi memberi 6 tokoh gelar pahlawan.  

Seperti dilansir KOMPAS.com, 6 tokoh yang dapat gelar pahlawan:

1. Abdoel Kahar Moezakir (anggota BPUPKI/PPKI)
2. Alexander Andries (AA) Maramis (anggota BPUPKI/PPKI)
3. KH Masykur (anggota BPUPKI/PPKI)
4. Prof M Sardjito (dokter dan eks Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada)
5. Ruhana Kudus (wartawan dan pendiri Sekolah Kerajinan Amai Setia di Koto Gadang)
6. Sultan Himayatuddin (Sultan Buton)

Semua plakat tanda jasa dan penghargaan gelar pahlawan nasional diberikan oleh Presiden Jokowi kepada para ahli waris.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun