Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sejak Dulu, Risma Pantang Minta Jabatan

22 Oktober 2019   14:38 Diperbarui: 24 Oktober 2019   03:05 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tri Rismaharini. foto: humas pemkot surabaya

Nama Wali Kota Tri Rismaharini tiba-tiba ramai dibicarakan publik. Menyusul makin dekatnya deadline penyusunan Kabinet Jokowi Jilid 2. Wali kota perempuan pertama di Surabaya tersebut, disebut-sebut bakal menempati kursi menteri.

Mencuatnya nama Risma masuk Kabinet Jokowi Jilid 2 awalnya dipicu pernyataan Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto. Kepada pers, Hasto mengatakan jika Risma adalah salah satu kepala daerah dari Jawa Timur yang berpeluang menempati kursi menteri.

Selain Risma, ada nama Bupati Ngawi Budi Sulistyono atau karib disapa Kanang dan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas. Hasil penilaian yang dilakukan Jokowi dan Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri, ketiganya punya kapasitas dan prestasi bagus. 

Lalu sekarang rumor melebar. Posisi apa yang cocok buat Risma? Spekulasi berkembang, Risma digadang menduduki kursi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan yang pada dulu dijabat Puan Maharani. Hal ini dikaitkan dengan jabatan baru Risma sebagai ketua DPP PDIP Bidang Kebudayaan. Namun poisis Mendagri juga pantas. Ini dihubungkan dengan banyak inovasi yang dilakukan Risma di Surabaya hingga mendapat penghargaan dunia. 

Ada lagi yang memviralkan lontaran influencer tenar, Denny Siregar. Melalui channel Youtube Cokro TV, Denny menyebut Risma layak menjadi Menteri Pertanahan. Alasannya, Risma sukses merebut kembali aset Pemerintah Kota Surabaya yang lepas ke pihak swasta. Total nilainya Rp 10 triliun. Aset-aset itu sedianya dijadikan rumah susun untuk 600 kepala keluarga yang sejak lama masuk daftar tunggu.

Denny menyebut, sosok Risma sangat tepat duduk di pemerintahan. Berbagai gebrakan hebat sudah dilakukan Risma. Dari menata Surabaya menjadi hijau nan asri hingga menutup Lokalisasi Dolly yang kini dijadikan kawasan bisnis.

 "Jangan sampai kita kehilangan tokoh yang menjadi standar pemimpin masa depan," begitu ucap Denny yang pernah kuliah di Surabaya.

Semalam, beredar kabar viral jika Risma sudah berada di Jakarta. Tersebar foto-foto Risma memakai baju putih, keluar dari mobil dinas. Ngomong baju putih sekarang rada "sensitif". Sebab kerap dihubungkan dengan mereka yang bakal masuk gerbong kekuasaan.

Kabar posisi Risma di Jakarta kemudian diklarifikasi Kabag Humas Pemerintah Kota Surabaya Febriadhitya Prajatara. Febri bilang, keberadaan Risma di Jakarta hanya untuk transit usai lawatan ke Jerman. Tidak ada juga jadwal pertemuan dengan Presiden Jokowi.

***

Saya kenal Risma sejak menjadi jurnalis, tahun 2002. Saat dia menjabat Kepala Bina Program Pemerintah Kota Surabaya. Waktu itu, Wali Kota Surabaya dijabat Bambang Dwi Hartono (Bambang DH).   

Di kalangan jurnalis, Risma masa itu belum banyak dikenal. Namanya mulai bersinar setelah dia merilis e-procurement, sistem pengadaan barang dan jasa menggunakan media elektronik. Lebih efisien dan efektif. Mengurangi penggunaan kertas, hemat waktu dan tenaga kerja.

Kebijakan penerapan e-procurement itu tidak popular. Makanya, reaksi keras bermunculan. Dari kalangan internal maupun mereka yang ikut lelang di Pemerintah Kota Surabaya. Tak terkecuali mayoritas legislator di Surabaya.

 Saya me-running polemik penerapan e-procurement tersebut. Yang seru, ketika Risma menerima ancaman dari orang-orang yang merasa tak puas. Dari ancaman verbal sampai ancaman bunuh. Orang yang menyampaikan "pesan" jika dirinya sudah tahu di mana dan jam berapa anak Risma pulang sekolah.  

Meski dicecar gelombang ancaman, Risma maju terus. Dia tetap menjalankan kebijakan e-procurement. Belakangan, sistem itu diadopsi pemerintah pusat dan banyak pemerintah daerah di Indonesia.    

Prestasi yang moncer membuat Wali Kota Bambang DH memberi kepercayaan buat Risma. Tahun 2005, Risma dilantik menjadi Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. Jabatan yang cukup strategis. Dan Risma tak pernah memintanya.   

Beberapa bulan, Risma menggebrak dengan revitalisasi Taman Bungkul. Taman yang kumuh dan mati suri. Taman Bungkul disulap jadi ikon Kota Pahlawan yang indah. Saban hari, ribuan orang bercengkerama di sana. Taman Bungkul juga telah mendapatkan taman terbaik se-Asia dari PBB, 2013.

Dari Taman Bungkul, Surabaya membangun banyak taman lain. Hingga 2019, sesuai data yang dirilis Humas Pemerintah Kota Surabaya, ada punya 613 taman di Surabaya. Taman-taman tersebut tersebar di Surabaya Pusat, Timur, Selatan, dan Barat. Tahun 2018, Ruang Terbuka Hijau (RTH) Surabaya sudah 21,79 persen. Melampaui Peraturan Menteri PU, yakni minimal RTH publik 20 persen dan RTH privat (gedung apartemen/kantor/hotel) wajib 10 persen.     

Ada yang luput dari perhatian publik. Ketika awal-awal Risma gencar membangun taman. Sebab, dia dituntut efisien mengatur anggaran, Risma menyiasati menggunakan feses atau tinja untuk dijadikan pupuk. Ketrampilannya membuat pupuk ini mampu membuat tanaman subur karena ada kandungan unsur hara. Risma melakukan itu di malam hingga dinihari. Karena dia tak ingin aktivitas pembangunan taman menganggu lingkungan.

***

Februari 2011, Risma hadir di ultah ke-10 Radar Surabaya, tempat saya bekerja dulu. Risma datang bersama beberapa pejabat Pemerintah Kota Surabaya. Kala itu, Risma baru beberapa bulan dilantik menjadi Wali Kota Surabaya periode 2010-2015.

Saya berkesempatan berbincang dengan Risma. Sambil menikmati bubur Madura dan jajan pasar. Seperti biasa, Risma menanyakan kabar saya dan keluarga. Risma kelihatan enggan bicara ketika saya tanya terkait kemenangan dia dalam pemilihan wali kota Surabaya.

"Temenan, aku gak tau njaluk dadi wali kota. (Sungguh saya gak pernah minta jadi wali kota, red)," begitu kalimat yang meluncur dari bibir Risma.

Bagi Risma, jabatan gak boleh diminta. Karenanya, dua kali menjabat wali kota, dia tak pernah mengajukan diri. PDIP sebagai partai mengusung yang mendaftarkan dia ikut kontestasi politik. Hasilnya nyata. Risma terpilih dua periode. Perolehan suara terakhir sangat signifikan: 86,22 persen.

Saya juga mencatat, ketika ramai-ramai Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017. Beberapa elemen masyarakat Jakarta datang ke Surabaya. Merayu Risma agar mau dicalonkan menjadi gubernur DKI Jakarta. Risma tegas menolak. Urusannya sekarang adalah fokus menuntaskan tugas sebagai wali kota Surabaya hingga 2020.

Sebagai pemimpin, Risma punya saham sosial yang besar. Makanya, dia tak merasa beban ketika ada gerakan politik yang memaksa dirinya mundur karena menolak Tol Tengah. Meski pada akhirnya gelombang penolakan itu surut setelah muncul gerakan rakyat yang massif mendukung Risma.    

Tingginya saham sosial itu bisa dilihat dari beberapa survei terakhir. Di mana, dukungan Risma untuk calon wali kota Surabaya periode 2020-2025, bakal  sangat menentukan. Sebab akan dapat modal awal elektabilitas sekitar 10 persen.

So, kini banyak orang menunggu, apakah Risma bakal masuk Kabinet Jokowi Jilid 2? Saya yakin, Risma tak terbebani rumor itu. Nothing to lose.  Waktu yang akan menjawab. Karena hanya kewarasanlah yang bisa membedakan mana loyang, mana emas di negeri ini. (agus wahyudi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun