Ardhi harus istirahat total. Dia sangat terpukul dengan kejadian ini. Bukan hanya fisik, urusan bisnisku juga terganggu. Ardhi tak bisa lagi berproduksi. Buntutnya, empat orang karyawanku pergi. Dalam waktu hampir bersamaan. "Saya gak bisa cegah mereka ," ucap Ardhi.
Lantaran gak berpenghasilan, Ardhi gak bisa memenuhi kebutuhan periuk nasi. Gilirannya, ia tak bisa bayar kontrak rumah. Ia kemudian pindah ngekos. Itu pun juga gak bertahan lama. Hingga dia numpang di rumah orang. Makan dan tidur ikut dia. Â
"Saya merasa berada di titik nadir. Saya bermuhasabah. Saya anggap ini semua peringatan Allah," tutur dia.
Suatu ketia, Ardhi dihubungi pelanggannya. Dia minta dibuatkan brownies. Ardhi ceritakan kesulitan karena kondisi fisiknya. Tapi pelangganya memaksa. Dia minta Ardhi mau membuatkan brownies untuknya. Berapa pun harganya. Termasuk ia mau bantu apa yang aku perlukan agar kondisinya segera pulih. Â
Ardhi tak kuasa mengelak. Dia terima pesanan pelanggannya itu. Dia melawan semua kesakitan yang dirasakannya. Alhamdulillah, meski tidak secepat dari biasanya, brownies pesanan pelanggannya itu bisa diselesaikan. Dan yang lebih membahagiakan lagi, pelanggannya puas.
Sejak itu, Ardhi merasa punya harapan. Energi alam bawah sadarnya menggerakkan untuk bangkit. Tiap hari ia melatih otot tangan dan kakinya. Dia juga rutin terapi di ahli urut urat. Beberapa bulan hasilnya dirasakan. Kondisinya berangsur pulih.
Perlahan, Ardhir kembali memproduksi brownies lagi. Dia menyusun rencana lagi. Tahap demi tahap. Hingga pada pertengahan 2019, ia bisa menyewa tempat untuk jualan dan produksi di Pucang Kerep 8, Surabaya. Keaktifannya di program Pahlawan Ekonomi  dan Pejuang Muda Surabaya sungguh membantunya. Pundi-pundi rupiah berhasil ia kumpulkan. Dia kini juga menjadi inisiator komunitas UKM Bantu Teman di Surabaya. (agus wahyudi)