Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Warung Gule Maryam Ampel Buka Pukul 00.00 WIB

11 September 2019   10:56 Diperbarui: 13 September 2019   08:06 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sungguh, saya lagi males komen soal bola. Terlebih tadi malam, nonton Timnas Indonesia dicukur gundul Thailand (0-3). Main kepontal-pontal. Lembek. Ngos-ngosan. Dan kini ramai-ramai di-bully di medsos.  

So, hari ini, saya ingin berbagi tempat kuliner yang ajib. Bila datang ke Surabaya, Anda bisa mencoba makanan khas Timur Tengah ini. Namanya Gule Maryam Ampel. Legandaris, sih. Lokasinya di Jalan KH Mas Mansur (Pas di tikungan Jalan Sasak).

Entah, sudah berapa kalinya saya ke sana. Yang jelas banyak, hehe. Baik sendirian maupun bareng teman dan kerabat. Kali pertama mencicipi gule maryam ini sekitar tahun 2000. Yang ngajak seorang teman. Namanya Abdullah Bufteim (eks jurnalis Memorandum). Kebetulan dia keturunan Arab. Rumahnya di kawasan wisata religi Ampel.  

Kali pertama mencicipi gule maryam, saya tak bisa merasakan nikmatnya. Aneh. Roti Maryam dicelupkan ke gule kacang ijo. Plus sate kambing lima tusuk  Diaduk, lalu dimakan. Ketika itu, hanya satenya yang habis. Gule dan roti maryam masih tersisa. Tak lupa memeras jeruk dan menambah sambal.

Beberapa pekan kemudian, saya coba lagi. Porsinya sama. Entahlah, kali ini saya mulai suka. Mulai bisa menikmati kelezatannya. Bahkan, bukan cuma sate, saya juga nambah balungan (tulang yang masih menyisakan daging dan sumsum, red).  

Biasanya, sebagai pendamping makan, saya pesen teh manis panas. Kadang, jika masih ingin nongkrong lebih lama,  saya juga nambah kopi Arab yang rempahnya berasa.    

Sejatinya, banyak teman yang penasaran ingin ke Warung Gule Maryam Ampel ini. Hanya beberapa orang yang saya beritahu jika jam bukanya tepat pukul 00.00 WIB, mereka pun mengurungkan. Terutama kalangan perempuan. Warung ini tutup pukul 06.00 pagi. Biasanya pada jam-jam akhir, menunya tidak lengkap. Roti maryam habis. Atau satenya ludes.     

Suatu ketika, saya dan seorang datang setengah jam sebelum jam buka. Pikir saya, mungkin bisa menikmati lebih awal. Apalagi balungan biasanya habis gak sampai satu setengah jam lantaran dipesan pembeli. Namun, kami pun tidak dilayani. Akhirnya, ya menunggu di depan warung sampai buka.

Tidak ada alasan pasti soal jadwal buka warung tersebur. Pemilik warung hanya bisa memastikan kalau loading satu jam sebelum melayani pembeli.

foto:agus wahyudi
foto:agus wahyudi

***

Bisnis kuliner khas Timur Tengah ini dirintis sejak 1946. Awalnya, Hj Syawati membantu jualan gule maryam milik orang Arab yang karib disapa H Ali Babher. Lokasinya  di Jalan Panggung. Setelah Ali Babher wafat, Syawati melanjutkan usaha ini. Bekalnya, ketrampilan meracik resep membuat gule maryam yang lezet dan ajib. 

Beberapa tahu, warung di Jalan Panggung tutup. Syawati kemudian membuka warung gule maryam di Jalan Mas Mansur, 1978. Hingga sekarang, sudah generasi keempat yang melanjutkan bisnis kuliner ini. Pemiliknya sekarang, Hj Maryamah.

Menu-menu andalan selain gule maryam ada sate kambing yang direbus bareng gule plus minyak samin. Rasanya sih nikmat. Yang spesial lagi ada balungan kambing itu yang stoknya sangat terbatas.

Tiap hari, Maryamah memasak sendiri. Sedikitnya, dua ekor kambing. Kalau ada pesanan bisa 3-4 ekor kambing. Tidak pernah tersisa. Begitu pun dengan roti maryam yang gurih dan kenyal. Kadang, kalau perut keroncongan bisa pesan roti maryam dobel. Tak sedikit pula yang pesan untuk dibawa pulang.

Di warung ini, gule dan sate dalam disajikan dalam satu piring. Kemudian roti maryam yang masih panas disajikan dalam piring plastik. Sebelum dimakan, roti maryam dirobek-robek dulu, lalu dicelupkan ke dalam gule. Aduk dengan sendok dan garpu. Lantas, cicipi sedikit demi sedikit potongan maryam yang sudah tercampur gule tersebut. Kemudian rasakan sate dan balungannya. Hemmmm.....

bersama Abdullah Bufteim.foto:agus wahyudi
bersama Abdullah Bufteim.foto:agus wahyudi

Di Warung Gule Maryam Ampel ini juga dijual jajanan khas Kampung Arab. Ada mageli, oles-oles, dan sambosa. Sangat cocok dinikmati dengan teh dan kopi jahe. 

Pembeli gule maryam bukan hanya dari Surabaya, tapi daerah lain di Jawa Timur dan Indonesia. Yang paling ramai pengunjung biasanya hari Kamis. Itu karena mereka datang ke Masjid Ampel kemudian mampir ke ke warung gule maryam. 

Ramainya pembeli itu membuat saya penasaran, kira-kira berapa omzet per harinya. Eh, gak sampai sehari, ding. Sekira enam jam lah. Wong pukul 06.00 WIB biasanya sudah berkemas-kemas. Kalau gak salah, harga gule seporsi Rp 15.000. Roti maryam Rp 3.000.

Sayangnya, Maryamah tak mau menjawabnya. Baginya, apa yang didapat ini jauh lebih dari cukup. Apa yang dimikinya sekarang selalu ia syukuri.

"Omzetnya dari Gusti Allah," ucapnya, merendah. (agus wahyudi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun