Mohon tunggu...
Agus Tomaros
Agus Tomaros Mohon Tunggu... Penulis - Pemerhati Sejarah

Historia Magistra Vitae

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Semeru: Legenda, Mitos, dan Sejarah

7 Desember 2021   08:06 Diperbarui: 7 Desember 2021   08:12 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sabtu, 4 Desember 2021, Semeru yang terletak di Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang mengalami erupsi. Sejak pertama kali meletus pada 8 Nopember 1818, gunung api aktif ini telah meletus sebanyak  87 kali. Tahun 2000-an saja, Semeru telah meletus selama delapan kali. Ini semakin memperkuat fakta Semeru sebagai gunung api aktif kedua setelah Merapi. 

Mengutip buku SABO (Suparman, M. E, dkk) dituliskan bahwa pada letusan biasa, asap kedua gunung api ini akan membumbung sampai setinggi 300-500 meter. Pada letusan besar, awan abu yang disemburkan dapat mencapai ketinggian 4.000 meter.

Nama Semeru berasal dari bahasa Sansekerta Sumeru yang artinya Meru yang Agung. Adapun nama Mahameru disematkan kepada puncak Semeru yang sangat tinggi, tertinggi ketiga setelah puncak Kerinci dan Rinjani. Lebih dari itu, penyematan kata Maha juga terkait dengan keyakinan puncak Semeru yang menjadi kediaman para dewa.

Di dalam kitab Lontar zaman Majapahit Tantu Panggelaran disebutkan bahwa suatu ketika pulau Jawa terombang-ambing di atas lautan. Para dewa kemudian bersepakat untuk memaku tanah Jawa dengan memindahkan gunung Meru dari Jambhudwipa (India) ke Jawadwipa (Jawa). 

Disebutkan bahwa potongan gunung Meru dibopong ke pulau Jawa oleh ular raksasa jelmaan Dewa Brahma dan kura-kura raksasa jelmaan Dewa Wisnu. Dewa Wisnu membopong gunung Meru di punggungnya, sementara Dewa Brahma melilitkan tubuhnya pada Dewa Wisnu dan gunung Meru.

Gunung Semeru juga disebutkan dalam kitab Purana India bahwa Dewa Siwa sebagai Tuhan Maha Tunggal bersemayam di puncak Mahameru. Di sanalah Dewa Siwa menurunkan ajaran-ajarannya kepada Dewi Parwati, Sang Dewi Gunung. Penamaan Jawa sendiri dipercaya disematkan oleh Dewa Siwa karena banyaknya tumbuhan Jawawut di pulau ini.

Selanjutnya masih menggunakan kaca mata mitologi, ada pula yang menghubungkan Semeru dengan kisah Pandawa Lima. Ksatria beranggotakan Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa ini disebut mengalami moksa di puncaknya. Mitos lainnya sehubungan dengan silsilah kerajaan Hindu di Jawa Timur. 

Ada yang meyakini Semeru menjadi tempat tinggal Mpu Baradha, seorang Mpu yang membantu Airlangga membagi dua wilayah kerajaan Medang Kemulan menjadi Jenggala dan Panjalu (Kediri). Konon Mpu Baradha membagi dua kerajaan Airlangga dengan cara terbang dan sembari mengucurkan air dari kendi. Aliran air itulah yang menjadi sungai Brantas yang membagi dua wilayah kerajaan.

Menyangkut sejarah pendakian di gunung Semeru ternyata telah dimulai sejak zaman Hindia Belanda. Berturut-turut pada tahun 1838 oleh C. F. Clignet dan Winny Brigita (ahli geologi dari Belanda), tahun 1911 oleh Van Gogh dan Heim dan 1945 oleh Frans Wilhem Junhuhn, seorang ahli botani dari Belanda.

Sehubungan dengan pendakian, ditemukanlah sebuah arca suci yang tidak asing bagi para pendaki. Arca yang diberi nama Arcopodo ini pertama kali dilihat pada tahun 1984 oleh pendaki Norman Edwin dan Herman O Lantang dari Mapala Universitas Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun