Mohon tunggu...
Yodha Haryadi
Yodha Haryadi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Jakarta citizen that concerns on development for prosperity and better life: \r\n"I love you when you bow in your mosque, kneel in your temple, pray in your church. For you and I are sons of one religion, and it is the spirit." (Gibran)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Shock Therapy ala DKI-2!

17 November 2012   05:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:12 1015
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Baru saja penulis melihat youtube PemprovDKI yang menampilkan Wagub DKI menerima paparan Dinas PU. Sekitar seminggu ini rekaman tersebut disaksikan oleh minimal 1.100.000 netizen, sehingga rata-rata dalam sehari kurang lebih 150.000 orang dengan sukarela memikirkan birokrasi, kepemimpinan, Pemprov DKI, transparansi, korupsi, rapat, pembangunan, dan lain sebagainya. Tema-tema yang secara umum relatif membosankan, berat, dan sepi peminat. Namun terbukti 150.000 orang menyempatkan diri mampir setiap hari. Artinya ada pergerakan perhatian pada hal-hal yang lebih serius dalam kehidupan di masyarakat. Bayangkan seberapa luas ruang untuk menampung ratusan ribu orang, dibutuhkan ruang minimal seperti Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan.

Pada awalnya agak menakutkan melihat bagaimana Wagub DKI memimpin rapat dengan Dinas PU. Belum ada selama ini pemimpin yang sedemikian tegas, jujur, detail penguasaan terhadap substansi, pengambilan keputusan dengan beberapa alternatif yang logis, dan berani serta konsekuen dengan exercise solusi yang ditawarkan.Apalagi rapat tersebut seperti rapat terbuka, karena direkam dan ditayangkan kembali melalui youtube. Sehingga masyarakat luas memiliki akses untuk melihat apa yang sedang dikerjakan oleh Pemprov DKI, untuk kemudian mengawasi dan dapat memberikan feedback sebagai kontribusi untuk perbaikan. Bayangan penulis, proses transparansi seperti itu hanya dapat dijumpai pada negara maju yang level pelaksanaan demokrasi-nya sudah ratusan tahun seperti United States. Namun sungguh shocking, mencengangkan, Pemprov DKI yang mempraktekkan pilgub langsung oleh rakyat kalau tidak salah baru 2 kali periode, namun secara revolusioner telah mengaplikasikan transparansi secara konkret.

Daya kejut gaya kepemimpinan DKI-2 kemungkinan paling berpengaruh pada jajaran aparat Pemprov DKI seperti Dinas PU. Biasanya jumlah anggaran paling banyak memang teralokasi untuk infrastruktur yang menjadi tanggungjawab sektor PU. Pemotongan anggaran, pengadaan barang dan jasa, sampai alternatif solusi apabila tidak ada kesepakatan menjadi bahasan yang menggelitik. Ketika rapat yang substantif dan stratejik seperti itu berani ditampilkan di youtube, maka dibutuhkan persiapan materi yang detail, open-minded dan kematangan berpikir, serta kedewasaan emosi dari peserta rapat. Lebih berat lagi, kondisi demikian mungkin belum pernah dialami pada rapat-rapat periode sebelumnya. Akan menjadi beban yang berat bagi segenap aparat Pemprov DKI apabila tidak positive thinking, open minded, dan berbenah menyesuaikan diri dengan gaya kepemimpinan baru DKI-1 dan DKI-2. Di sisi lain, semoga shock therapy ini juga diikuti dengan upaya peningkatan kapasitas untuk gap yang jelas terlihat dengan adanya perubahan kepemimpinan dan organisasi. Bagaimanapun pemimpin tidak akan bisa bekerja sendiri, dukungan tim kerja aparat Pemprov DKI yang solid jelas diperlukan.

Entah disadari atau tidak, perubahan mindset masyarakat sedang berproses dan berkembang. Masyarakat lebih cerdas bersikap, mulai memilah mana yang penting dan tidak untuk diperhatikan sehingga lebih membawa manfaat untuk kualitas hidup yang lebih baik. Pergeseran mungkin terjadi pada minat penonton TV, lebih tertarik pada segmen berita, sehingga Metro TV dan TV One sepertinya saluran domestik yang berada pada posisi atas. Setidaknya itu yang terjadi pada keluarga dan teman-teman penulis. Saluran domestik untuk infotainmen, sinetron, musik dan sejenisnya sepertinya tidak segegap gempita dulu. Sehingga sebagian para pekerja seni pun melirik atau bahkan beralih ke ranah legislatif atau eksekutif. Popularitas para selebriti sepertinya juga kalah dengan Jokowi-Ahok yang bahkan anak-anak pun mengidolakan. Mungkin gejala ini bisa sedikit menjelaskan dominasi pekerja seni yang nyalon pada Pilkada Jabar dalam waktu dekat. Media on-line yang menyampaikan berita politik seperti kegiatan duet pemimpin DKI banjir pembaca dan komentar. Minat membaca media sosial kompasiana pun juga berpola mirip, rubrik politik sepertinya paling sering dikunjungi.

Harapan perubahan untuk perbaikan sedang menggelegak. Kemajuan teknologi informasi sekelas internet, media sosial, dan youtube mem-back up. Partisipasi masyarakat untuk mengawasi kerja pemprov tersalurkan. Wagub DKI dengan gagah menerima tantangan mewujudkan perubahan yang dikehendaki bersama. Semangat perubahan, masyarakat yang maju, teknologi, media massa, dan duet pimpinan pemprov yang tangguh sedang bersinergi dan berproses membawa DKI ke masa depan yang lebih menjanjikan. Super hebat!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun