Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tahlilan

9 Oktober 2015   03:08 Diperbarui: 9 Oktober 2015   03:51 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="dokumentasi pribadi"][/caption] Sedang asyik menggambar, pada pukul 17.00-an WITA (Kamis, 8/10/2015) saya kedatangan anak nomor dua-nya tetangga pas samping Rukan-Kebun Karya. “Om, nanti, selesai Isa, ke rumah, ya? Ada acara tahlilan seribu harinya bapak,” ujarnya. Saya langsung saja mengiyakan.

Langsung saja mengiyakan? Bukankah saya seorang Nasrani, dan anak tetangga itu pun mengetahuinya apalagi Minggu kemarin (4/10) ia dan empat sepupunya memasang teralis besi di jendela Rukan, dimana pada dinding dalam Rukan tergantung dua salib?

Coba baca cuplikan sebuah berita dua hari sebelumnya (Selasa, 6/10) mengenai kehadiran Presiden Joko Widodo pada pembukaan Pesta Paduan Suara Gerejawi di Ambon, Maluku. (http://setkab.go.id/buka-pesparawi-presiden-jokowi-bila-kita-bersatu-segala-persoalan-bangsa-dapat-kita-atasi/)

Berita dari Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, Presiden Joko Widodo (Jokowi) didampingi Ibu Negara Iriana Widodo dan sejumlah menteri Kabinet Kerja menghadiri pembukaan Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) Nasional Ke-11, di Ambon, Maluku, Selasa (6/10) malam.

Dalam sambutannya Presiden Jokowi mengatakan, penyelenggaraan Pesparawi ke-11 di Ambon itu, bukan semata-mata pesta paduan suara rohani tapi acara ini adalah momentum untuk menegaskan kembali seruan bersama kepada seluruh anak bangsa, bahwa dalam hidup berbangsa dan bernegara, hidup kita harus berbuah.

“Hidup kita harus seperti pohon yang menghasilkan buah yang berbiji. Buah tersebut adalah komitmen dan kesadaran religius kita untuk selalu ingat jati diri kita sebagai bangsa yang Bhinneka Tunggal Ika,” kata Presiden Jokowi.

Dengan kesadaran itu, Presiden Jokowi meyakini, kita  akan selalu ingat bahwa kita adalah bersaudara, bahwa kita lahir dari rahim ibu pertiwi Indonesia, dan harus harus berguna bagi sesama warga bangsa dan umat manusia di muka bumi.

Oleh sebab itu, Presiden Jokowi mengaku sangat gembira ketika mendengar bahwa banyak peserta Pesparawi tinggal di rumah-rumah penduduk yang berbeda agama.”Itulah contoh langsung, contoh hidup dari tema Pesparawi ke-11 kali ini, yaitu ‘Sungguh Alangkah Baik dan Indahnya Hidup dalam Persaudaraan yang Rukun’,” tutur Presiden Jokowi

Apa hubungannya antara saya dan Presiden Joko Widodo dalam hal tahlilan dan pesparawi itu? Hubungannya adalah sesama warga negara Indonesia; sesama bangsa ber-Bhinneka Tunggal Ika; sama-sama masih menjadikan nasi sebagai makanan pokok sehari-hari. Itu saja. Tidak perlu bingung.

Saya memang seorang rakyat. Jokowi memang seorang presiden. Apakah status “rakyat” dan status “presiden” lantas saya (rakyat) ‘menyekutukan’ diri dengan Jokowi (presiden)? Tidak usahlah terlalu ruwet berpikir. Sederhana saja : demi persatuan-persatuan bangsa-negara. Seandainya Pemilu 3000 saya terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia, bagaimana?

Sementara, apa yang saya alami ketika berada dalam lingkungan tetangga Muslim (seluruhnya Muslim, saya saja yang Nasrani) yang melafalkan doa-doa berbahasa Arab, tentu saja berbanding terbalik dengan Jokowi ketika berada dalam lingkungan rakyat Nasrani yang melantunkan doa-nyanyian rohani walaupun berbahasa Indonesia. Meskipun demikian, apa pun perbedaannya atau kebalikannya, toh tetap Bhinneka Tunggal Ika, ‘kan? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun