Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Radioaktif di Batan Indah Tidak Seindah Mimpi

15 Februari 2020   16:53 Diperbarui: 15 Februari 2020   17:02 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Pada 14 Februari muncul kabar bahwa radioaktif memapar sekitar area tanah kosong dan lapangan voli di Blok J Perumahan Batan Indah, Serpong, Tangerang Selatan, Banten. Sekretaris Utama (Sestama) Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) Hendrianto Hadi Tjahyanto di Perumahan Batan Indah, Serpong, Tangsel, Sabtu (15/2) berpendapat, "Yang jelas, memang ini ada sumber sisa limbah atau sampah dari radioaktif. Jadi dalam tanah-tanah itu kita lihat ada beberapa kecil-kecil yang kita sebut debris. Itu adalah limbah atau sampah radioaktif entah dari mana. Itu yang kita cari."

Paparan radioaktif nuklir, meski dari sisa limbah sekalipun, bukanlah persoalan sepele. Demi keselamatan, warga pun diminta untuk tidak memasuki lokasi terdampak, dan lokasi terdampak diberi garis batas polisi (police line).  

Mimpi Luhut Disambut Surat Keenan
Belum seberapa lama sebelumnya, yaitu Selasa, 4/2 dan di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta dalam rangka peluncuran (launching) Agriculture War Room (AWR) Menteri Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsaar Pandjaitan menginginkan Indonesia memiliki kekuatan nuklir (nuclear power) sepulang dari forum perekonomian dunia (World Economic Forum) di Davos, Swiss, antara 21-24 Januari.

"Saya trigger itu gara-gara ada seorang Jenderal bicara dengan India, bicara dengan China, dengan negara Korea Utara, kita nggak dianggap. Dalam hati saya, sialan ini orang. Kalau saya bilang sama dia, eh jenderal, saya bilang jenderal saya juga lulusan sekolah di Amerika. You know what? Kami negara itu punya semua," ujar jenderal TNI purnawirawan itu.

Selain itu Luhut pun berkata, "Begini, saya bilang kemarin di Davos dan saya lapor Presiden, saya bilang, eh sebenarnya yang bikin negara dunia ini kacau ini siapa sih. 'Kan negara-negara yang punya nuclear power? 90 % dari keributan di dunia ini berasal dari negara-negara yang punya senjata nuklir. Kalau Anda simak anda 80 % atau sampai 90 % itu semua yang punya nuclear power yang bikin ribut. Nah kalian semua perhatikan itu."

Pada Jumat, 7/2 mimpi Luhut disambut oleh Keenan Nasution dengan sepucuk surat yang aduhai di situs Mojok. "Surat untuk Opung Luhut Binsar Pandjaitan yang Pengin Punya Senajata Nuklir", judulnya.

"Bermimpi punya senjata nuklir, kek. Bermimpi tembus Piala Dunia, kek. Bermimpi menancapkan tiang bendera merah putih di bulan, kek. Sah-sah saja. Cuma, ya, jangan baperan kalau akhirnya ditertawakan orang banyak kalau mimpi itu tidak strategis---setidaknya untuk sekarang ini," tulis Keenan.

"Ngimpi punya senjata nuklir biar bisa ikut-ikutan kalau suatu hari ada drama pemilik nuklir ya nggak masalah. Ngimpi jadi kekuatan adidaya baru di panggung internasional ya nggak masalah. Masalahnya, negara ini kan kelasnya cuma kapitalis pinggiran, kolonialis akamsi, ratusan anak tangga jaraknya dari kekuatan lawas atau anyar macam Amerika atau Cina yang mengobrak-abrik negeri orang demi minyak atau memiskinkan negeri orang dengan pemberian utang," tambah Keenan.

Sisa Limbah Saja sudah Sangat Mencemaskan
Unsur dalam sisa limbah tersebut adalah sesium atau Cs 137. Hadi pun mengatakan bahwa seharusnya sisa limbah tersebut dikelola dengan baik.

Meski lokasi terpapar dalam luasan mungil (10 m X 10 m) dan pada kesempatan lain Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Komunikasi Publik Bapeten Indra Gunawan berusaha menenangkan dengan menyebutkan "skala berbeda" jika dibandingkan dengan unsur yang sama (Cs 137) pada tragedi Chernobyl 26/4/1986, tetap saja sudah sangat mencemaskan, apalagi "belum diketahui bagaimana Cs 137 bisa lepas ke kawasan permukiman penduduk itu".

Patut diingat bahwa tragedi Chernobyl di daerah Pripyat, Ukraina (dulu bagian dari Uni Soviet) merupakan bencana nuklir terparah sepanjang sejarah dan berlevel 7 pada Skala Kejadian Nuklir Internasional (sebanding dengan bencana di Fukushima Daiichi, Jepang, 5/12/2011 akibat gempa). Meledaknya reaktor nomor 4 di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir mengakibatkan isotop radioaktif dalam jumlah besar tersebar ke atmosfer di seluruh kawasan Uni Soviet bagian barat dan Eropa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun