Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berpesta Kembang Api di Kampung Leluhur

29 Januari 2020   01:41 Diperbarui: 12 Februari 2021   10:27 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada pesta kembang api di Kampung Jalan Laut, Sungailiat pada 27 Januari. Bukankah malam tahun baru Imlek 2571 sudah berlalu sejak puncak festival pada 24 Januari atau pkl. 00.00 pada 25 Januari lalu?

Malam tahun baru yang memungkasi Festival Harmoni ke-2 Imlek 2571 di Jalan Laut memang sudah berlalu dengan letusan kembang api selama 10 menit sejak pkl.00.00. Panitia festival juga sudah berpamitan melalui pembawa acaranya di panggung. (Baca juga "Harmoninya Kemeriahan Imlek 2571 di Kampung Jalan Laut Sungailiat")

dokpri
dokpri
Akan tetapi, pesta kembang api selanjutnya ini merupakan wujud syukur dan kebahagiaan sebuah keluarga yang mudik dalam rangka merayakan Imlek. Tidak perlu dikonversi lalu dikonvensi sebagai sebuah tradisi kolektif, 'kan?

Pesta kembang api 27 Januari atau hari ke-3 Imlek memang murni dari kebahagiaan sebuah keluarga. Selain kebahagiaan atas kepulihan kesehatan seorang ibu dan turut berbagi dalam bentuk sembako kepada warga setempat yang kurang mampu, anaknya pun berbagi kebahagiaan dengan warga setempat karena kampung halaman bapaknya serta leluhurnya di Jalan Laut selalu menjadi kesukaannya.

Suasana Imlek di Jalan Laut memang senantiasa menyenangkan baginya. Kemeriahan dan keharmonisan sepanjang masa festival selama tiga belas hari (12-24 Januari) sangat nyata, dan berbeda sekali dengan tempat-tempat yang pernah didiaminya, termasuk daerah asal ibunya di Balikpapan.

Warga Jalan Laut pun masih merasakan kemeriahan festival yang telah usai, apalagi para perantau masih berada di kampung halaman. Sebagian besar atribut festival masih berada di tempat. Lampion-lampion masih menyala.

Di Kampung Jalan Laut yang berpenduduk mayoritas Tionghoa ini perayaan Imlek atau kongian selalu berlangsung saban tahun, bahkan sebelum kemerdekaan Indonesia. Mungkin kisah-kisah perayaan Imlek juga telah melekat dalam ingatan si pemilik hajatan kali ini sehingga mudik ke kampung leluhur akan selalu menjadi bagian kebahagiaannya.

Sejak sore itu cuaca mendukung rencana dan situasi. Malam dan lampion-lampion adalah kombinasi yang harmoni untuk sebuah hajatan dalam kesempatan dan situasi yang tepat.

Di tempat acara festival itu juga mereka berkumpul kembali untuk menyambut pesta kembang api, bahkan bisa lebih santai dalam ruang terbuka. Suasana Imlek yang diwariskan oleh para leluhur masih merangkul dan memeluk semua generasi yang ada, termasuk milenial.

Klenteng Amal Bakti Jalan Laut malam itu
Klenteng Amal Bakti Jalan Laut malam itu
Menunggu sambil membaca ramalan shio
Menunggu sambil membaca ramalan shio
Menunggu dengan berfoto-foto bersama keluarga
Menunggu dengan berfoto-foto bersama keluarga
Sambil berfoto bersama kawan-kawan juga aduhai
Sambil berfoto bersama kawan-kawan juga aduhai
Keguyuban selama ratusan tahun tetap terjalin. Kebahagiaan bersama masih mengental, bahkan seorang perantau yang berada di Amerika Serikat dan tidak bisa mudik sehingga hanya bisa menangis tersedu-sedu ketika menyaksikan pertemuan antarkawan sekampung dengan luapan kebahagiaan.

Menunggu ternyata bukan pekerjaan yang membosankan
Menunggu ternyata bukan pekerjaan yang membosankan
Bisa bertemu dan kongke memang menyenangkan
Bisa bertemu dan kongke memang menyenangkan
Duduk-duduk cukup santuy
Duduk-duduk cukup santuy
Bersama minuman pilihan akan terasa sedapnya
Bersama minuman pilihan akan terasa sedapnya
Tidak jauh dari mereka, dua-tiga pria menyiapkan kembang apinya. Berdus-dus kembang api terhampar di halaman pentas depan panggung yang terpal atapnya telah terbuka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun