Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Swabuku 2019 dan Resolusi 2020

22 Desember 2019   02:15 Diperbarui: 22 Desember 2019   02:44 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Waktu melaju dengan kencang. Beberapa hari lagi 2019 akan ludes dalam letusan petasan dan ledakan kembang api seperti biasa.

Saya berterima kasih pada 2019 yang telah memberi kesempatan dalam penerbitan lima buku tunggal saya dengan dana dan jumlah minimalis. Juga kepada Kompasiana yang selalu menjadi mitra kerja budaya saya dalam hal penyeleksian tulisan non-fiksi dengan stempel "Artikel Utama" (Headline) dan "Pilihan" (Highlight).  

Lima buku tunggal tersebut ialah Kumpulan Artikel Utama di Kompasiana "Surga Siap Saji", Kumpulan Artikel Pilihan "Arsitek yang Menulis", Kumpulan Artikel Pilihan "Sang Pengendara Aksara", Kumpulan Artikel Pilihan "Korupsi Masuk Surga", dan Kumpulan Cerpen Bertema Cinta "Gadis yang Mengendarai Ombak".

dokpri
dokpri
Kalau "Surga Siap Saji" bertema campuran, berbeda dengan "Arsitek yang Menulis" yang berkaitan dengan profesi saya, "Sang Pengendara Aksara" yang berisi proses kreatif saya dalam tulis-menulis aneka genre, dan "Korupsi Masuk Surga" yang berisi tentang korupsi. Sedangkan "Gadis yang Mengendarai Ombak" berisi cerpen-cerpen yang pernah disiarkan oleh media, baik cetak maupun internet.

Secara pribadi saya puas menikmati 2019 dengan terbitnya kelima buku yang saya olah-kelola dan danai sendiri (swabuku) tersebut. Tidak berbeda kepuasan saya ketika mengakhiri 2018 dengan swabuku juga.

Melalui swabuku, tulisan dan ilustrasi saya bisa bersatu. Melalui swabuku, penerapan program komputer yang saya gemari pun bisa bersatu.  Dan melalui swabuku, saya mendayagunakan sekaligus mendanainya dengan kemampuan saya sendiri.

Sementara dalam rangka menyambut 2020 saya belum merencanakan apa-apa untuk sebuah istilah bernama "resolusi" berbentuk swabuku. Saya kembali pada fokus, yaitu tulis-menulis atau menabung karya. Meski sudah mengumpulkan tulisan fiksi dan non-fiksi untuk beberapa buku lagi, saya belum memikirkannya supaya terwujud secara nyata sebagai resolusi 2020.

Menjelang akhir 2019 energi saya terkuras oleh situasi pekerjaan di sebuah proyek yang baru memasuki tahap prasarana (infrastruktur). Sangat melelahkan secara fisik.

Saya tidak memiliki waktu untuk menyusun, menyunting, membuat ilustrasi, sampul depan-belakang, dan seterusnya, karena setiap proses sangat memerlukan energi untuk stamina berkonsentrasi. Kalau menulis, ya, saya usahakan semampu saya, karena setiap hari selalu ada bahan untuk saya simpan sebelum saya tuliskan.  

Selain tulis-menulis atau menabung karya, resolusi 2020 saya adalah bekerja (mengisi tabungan keuangan) sesuai dengan bidang belajar dan pengalaman saya. Posisi saya menjelang akhir 2019 adalah di perantauan, yaitu Cibubur. Mungkin awal 2020 bisa pindah ke daerah lainnya.

Saya tetap menjadikan Kompasiana sebagai mitra kerja budaya saya, dan, sekali lagi, saya mengucapkan banyak terima kasih. Semoga selalu tabah menjadi mitra saya, bahkan semakin aduhai menjadi media jurnalisme warganet.

*******

Ruang Lebur, Cibubur, 22 Desember 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun