Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dari "BJ and The Bear" Sampai Kecil-kecil Nekat

12 September 2019   06:07 Diperbarui: 12 September 2019   07:04 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tempo edisi 7 Juni 1994 mengangkat berita mengenai pembelian 39 kapal perang bekas eks Jerman Timur. Tempo mengungkapkan tentang polemik anggaran antara Menristek B.J. Habibie dan Menkeu Marie Muhammad, yaitu dari harga US$12,7 juta menjadi US$1,1 m alias membengkak sebesar 26 kali lipat.

Dua hari kemudian Soeharto marah besar, lalu "memberi petunjuk" kepada Menteri Penerangan Harmoko untuk "menenggelamkan", eh, membredel Tempo, serta dua media cetak lainnya (majalah Editor, dan tabloid Detik) yang ikut mengangkat berita kapal bekas perang itu.   

Dampak meluas dengan aksi bungkam dan tiarapnya sebagian aktivis pers mahasiswa. Selain itu muncullah kaos "Peka Jaman" bikinan Mondrian, Klaten dengan "Zaman Edan" dan "Jangan Takut Bicara Politik". Tidak lupa pula dengan terbitnya majalah Gatra.

Dokpri
Dokpri
Kapal Terbang dan Kedelai
1996. Ada isu mengenai pesawat karya B.J. Habibie, N 250, yang akan "ditukar" dengan kacang kedelai dari Thailand. Sebelumnya, dua pesawat CN 235 (US$34 juta atau Rp78,2 miliar) ditukar dengan 110.000 ton beras ketan dari Thailand atas keputusan Presiden Soeharto.

Sontak menggiring jemari saya untuk membat kartun opini, karena saya seringkali menjadikan kartun opini sebagai "juru bicara" untuk menyampaikan pendapat. Kebetulan masih ada jejaknya.

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
Maleo dan Mobil Nasional
1996. B.J. Habibie sempat "mendarat" dengan menginisiasi proyek mobil nasional. Namanya Maleo. Jenisnya sedan dengan mesin 1.200 cc tiga silinder yang merupakan mesin baru hasil kerja sama dengan Orbital, perusahaan otomotif asal Australia.

Sayangnya, proyek itu gagal karena dananya "tersedot" ke proyek mobnas "Timor" milik perusahaannya Tommy Soeharto alias anaknya Soeharto. Di samping itu, ada juga isu mengenai mobil "Cakra" milik kakaknya Tommy, Bambang Triatmojo.

Karena kabar mengenai Maleo kalah santer dibandingkan dengan Timor, saya hanya bisa merekam mobnas Timor melalui kartun opini.

dokpri
dokpri
Timor Timur dan Referendum
1999. B.J. Habibie menjadi presiden ke-3 RI setelah Soeharto menyatakan "lengser keprabon" pada 1998. Pada masa pemerintahan B.J. Habibie muncul referendum untuk Timor Timur.

Hasil referendum itu: Provinsi ke-27 era ORBA itu merdeka menjadi Timor Leste alias lepas dari RI.  

B.J. Habibie dan KKN
2002. "Semua presiden RI itu KKN," kata Gus untuk mengawali khutbah dalam acara pernikahan putra seorang kiai di lingkungan Pondok Pesantren Pajarakan, Probolinggo, Jawa Timur, pada Agustus 2002. KKN yang tertanam di benak banyak orang adalah Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, yang kemudian melengserkan Soeharto pada 1998.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun