Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Menulis dalam Adukan Semen

26 Agustus 2019   00:43 Diperbarui: 26 Agustus 2019   01:09 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tempat pasir di tepi jalan dan pagar tetangga (Dokpri)
Tempat pasir di tepi jalan dan pagar tetangga (Dokpri)
Menuang kerikil di sebagian badan jalan (Dokpri)
Menuang kerikil di sebagian badan jalan (Dokpri)
Meminggirkan tumpahan kerikil (Dokpri)
Meminggirkan tumpahan kerikil (Dokpri)
Membuat coran di setengah badan jalan (Dokpri)
Membuat coran di setengah badan jalan (Dokpri)
Hal yang paling awal dan mendesak untuk saya kondisikan adalah sosial alias berkenalan dan bergaul dengan warga terdekat di sekitar lokasi. Perkenalan dan pergaulan saya terapkan setiap hari, termasuk berkunjung pada saat hari raya, menyanggupi ajakan menyeruput kopi, pemberian solusi teknis dalam rencana seorang warga untuk merenovasi rumahnya, dan meminta izin untuk menempatkan material di luar lahan lokasi.

Perkenalan dan pergaulan secara intens pun tidak cukup. Saya selalu menyediakan diri saya untuk menampung komplain warga sekitar sekaligus meminta maaf, dan membenahi sebagian material yang mengganggu kelancaran kegiatan warga sekitar.

Saya juga selalu mempersilakan warga di sekitar lokasi projek itu untuk memasuki dan menyaksikan pekerjaan-pekerjaan yang sedang atau telah berlangsung. Kalaupun ada seorang-dua orang warga yang langsung memasuki lokasi, saya terima dengan senang hati.

Tulisan yang Relatif Sepele
Puji Tuhan, sejak awal hingga selesai projek itu saya menikmati situasi sosial dengan apa adanya, dan kondusif. Sebagian kegiatan sehari-hari di sana pun telah saya tuliskan, dan tayangkan di Kompasiana. Sebagian berstempel "Artikel Utama", bahkan sebagian lainnya sama sekali tidak mendapat stempel apa pun.

Memang sepele, yaitu projek renovasi rumah tinggal tipe 36. Juga sepele ketika mewujud dalam tulisan-tulisan sepele begini.

Yang tidak sepele adalah menuntaskan sebuah tulisan sepele, karena kondisi kelelahan atau kesempatan saya untuk menikmati istirahat total tanpa memikirkan hal-hal sepele yang berkaitan dengan projek serta pengalaman projek usang yang masih relevan untuk saya aduk dalam tulisan.   

Dan, bagi saya, sepele-tidak sepele memang relatif. Saya hanya merekam sebagian kegiatan sehari-hari saya dalam bentuk tulisan sepele. Entah bagaimana bagi Pembaca.

*******
Kupang, 25 Agustus 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun