Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Tulisan Apa Ini?

9 Februari 2019   22:56 Diperbarui: 10 Februari 2019   06:23 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Gaes, pernah, tidak, ngalamin, tulisan ditertawakan secara langsung oleh tiga orang "senior" dan di hadapan lebih sepuluh orang peserta?

Jelasnya, komentar mereka, "Tulisan opo iki?" Padahal, Gaes, baru pada judul dan alinea pertama. Judul yang mereka ucapkan berulang-ulang dan tertawa ngakak itu "Kisah Sedih di Warung Pojok". Padahal lagi, tulisan itu dibuat oleh peserta baru dalam sebuah pelatihan jurnalistik, Gaes.

Bisa dibayangkan, tidak, Gaes, bagaimana perasaan si pembuat tulisan?

Itu pengalaman saya sendiri, Gaes. Dulu, sih. Waktu itu saya mengikuti pelatihan jurnalistik bernama "Apresiasi Jurnalistik Mahasiswa" (AJM) yang diadakan oleh Majalah Mahasiswa Teknik "Sigma" Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Waktu itu juga saya baru bergabung setelah diterima melalui tes tertulis dan wawancara. Saya masih culun, Gaes. Masih mahasiswa baru.

Dalam acara selama tiga hari di sebuah penginapan Kaliurang saya dan peserta lainnya mendapat pembekalan terkait dengan jurnalistik, termasuk tentang kode etik jurnalistik. Para pematerinya berasal dari media massa lokal (Kedaulatan Rakyat, Bernas, dll.) dan nasional (Tempo, dll.). Ada juga praktiknya hingga membuat majalah dinding per kelompok.

Ya, itu tadi, tulisan pertama yang seketika menuai olokan. Saya mengingatnya karena itulah belajar pertama kali menjadi wartawan tingkat mahasiswa. Sebutan "Warung Pojok" itu berada di Kaliurang karena setiap peserta diwajibkan menuliskan hasil wawancara (reportase) bernarasumber dari warga sekitar.

Dinginnya malam di Kaliurang ketika saya menyelesaikan tulisan, lalu dikumpulkan oleh panitia, dan dikomentari oleh tiga orang "senior", ternyata suhu berubah secara mendadak. Panas-dingin, Gaes.

"Tulisan opo iki? Kisah sedih seperti lagunya Koes Plus saja!" Orang-orang seruangan pun tertawa, Gaes. Panitia dan peserta lainnya. Sekitar 20-an orang. Mungkin, kalau saya bercermin, seperti udang matang, deh, wajah saya, Gaes!

Dampaknya telak. Selama satu tahun saya tidak mau menulis apa pun, Gaes. Kebetulan tugas utama saya adalah membuat ilustrasi, dan kartun-karikatur. Kebetulan hanya saya yang benar-benar selalu siap-siaga ketika mendapat tugas gambar-menggambar dari pemimpin redaksi atau rekan "senior".

Saya terbiasa ikut begadang bahkan menginap di sekretariat. Kalau di indekos, ya, biasa juga karena, waktu itu, tugas utama (kuliah) saya di bidang Arsitektur. Banyak tugas gambar-menggambarnya, Gaes.

Setelah satu tahun barulah saya mau menjalankan tugas tulis-menulis sebagai wartawan mahasiswa, Gaes. Meliput di seputar kampus, misalnya acara Ospek (Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus), Sepekan Teknik, dies natalis kampus, dan lain-lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun