Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mimpi Membonceng Presiden

19 Januari 2019   11:47 Diperbarui: 6 Juli 2021   08:07 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mimpi Membonceng Presiden (unsplash/eberhard-grossgasteiger)

Saya tidak pernah repot mengartikan mimpi setelah bangun atau terjaga. Saya selalu bermimpi ketika tidur, dan bisa kerepotan jika saya harus mengartikannya.

Akan tetapi, ada satu mimpi yang baru-baru ini merepotkan saya. Agak riskan juga, sih, karena "mendompleng" tokoh sentral negara, yaitu kepala negara alias presiden RI  sehingga, saya khawatir, kalau justru berdampak terhadap harkat-martabat saya sebagai bukan siapa-siapa. 

Begini. Malam Senin saya bermimpi: saya sedang membonceng Presiden Jokowi dengan sepedanya. Padahal, biasanya orang berfoto-foto di belakang Jokowi yang sedang bersepeda. Kali ini malah saya yang membonceng Jokowi, dan Jokowi tertawa-tiwi.

Baca juga : Harmoko, Sang Penerus "Petunjuk" daripada Presiden Soeharto Berpulang dan Ingatan Saya tentang Orde Baru

Saya bukanlah siapa-siapa. Saya dan Jokowi tidak pernah bertemu di mana pun dalam kehidupan nyata. Saya tidak memiliki suatu lembaga yang bisa dipakai untuk membonceng (mengusung) Jokowi. Sepeda pun saya tidak punya, dan tidak perlu repot mengikuti kuis berisi nama-nama ikan. Kalaupun punya sepeda motor, itu warisan mertua saya.

***

Semula saya menganggap mimpi tersebut sekadar bunga tidur. Ya, seperti biasa, saya akan melupakan mimpi apa pada saat terbangun. Beberapa kali saya mimpi bertemu bapak dan sanak keluarga yang sudah meninggal dunia. Beberapa kali saya mimpi bertemu dengan hantu, dan saya pasti terlibat bentrok dengan makhluk buruk rupa itu. Beberapa kali saya mimpi bertemu dengan mantan. Beberapa kali saya mimpi mendapat uang, dan saya selalu senang, meski cuma dalam mimpi.

Seperti yang sudah saya sampaikan, saya selalu bermimpi ketika tidur. Kalaupun bermimpi hantu sekaligus bentrok dengannya, itu pun karena saya pernah membaca sebuah buku yang ditulis oleh seorang mantan dukun di Afrika.

Baca juga : Indonesia Perlu Ganti Rakyat, Bukan Presiden!

Yang membekas dari kesaksian mantan dukun itu adalah dalam kondisi tidur, pada saat itulah hidup yang sejati. Katanya, sejatinya hidup adalah roh, bukan badan jasmaniah dan perihal jiwani (pikiran, dan perasaan).

Ketika masih aktif sebagai dukun, ia sering "mempermainkan" orang tidur melalui mimpi orang itu. Dukun itu "mempermainkan" roh orang yang sedang tidur. Tidak jarang, orang-orang yang tidur tetapi roh mereka "dipermainkan" oleh si dukun, maka ketika mereka terbangun bisa merasa pegal, tersengal-sengal, lelah sekali, dan seterusnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun