Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Slamet Sudharto, Pahlawan Tidak Minta Dikenal

10 November 2018   16:04 Diperbarui: 11 Februari 2019   21:15 872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ingatannya tentang pangkalan udara atau landasan udara (lanud) adalah pesawat Belanda yang lepas-turun landasan dengan raungan di atas atap rumahnya yang berhadapan dengan kompleks pemakaman Tionghoa alias "Bong Cino" yang kini beralamat di Jalan Raya Madigondo.

Desa Sambirejo dan Lanud Iswahyudi
Desa Sambirejo dan Lanud Iswahyudi
Di lanud itu ada sisa pesawat Jepang yang masih layak digunakan, milik Republik Indonesia, dan tersimpan di ruang bawah tanah.

Pesawat Belanda pernah melakukan patroli udara di atas Maospati. Pesawat Belanda mengitari lanud yang kini dikenal dengan "Iswahyudi". Tidak turun karena, memang, hanya patroli rutin.

Begitu pesawat Belanda pergi, keluarlah pesawat bekas milik Jepang dari hangar bawah tanah. Tidak berapa lama kemudian pesata Republik Indonesia mengejar pesawat Belanda untuk mengadakan duel udara.  

Ingatan dan angan pulang ke Madiun itu menemani perjalanan kembali melintasi pos penjagaan. Setiba rombongan di pos penjagaan, berhentilah untuk diperiksa. Tidak ada persoalan berarti karena sebelumnya sudah diperiksa. Aman-terkendali.

Setelah pos penjagaan dilewati, kawasan kebun tebu akan dicapai dalam tempo tidak lama lagi. Ada dokumen yang menanti.

Alangkah terkejutnya ia. Kebun tebu tinggal arang dan abu. Rupanya dibumihanguskan Belanda.

Oh, dokumen itu ...

***

1950. Sungailiat. Ia mengajar di Sekolah Teknik (ST) yang setara dengan SMP. Sekolah ini berdekatan dengan sebuah SPBU dan Makam Pahlawan "Padma Satria".

Juga Sekolah Teknik Menengah (STM). Sekolah ini berdekatan dengan Rumah Sakit "Unit Penambangan Timah Bangka" (UPTB).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun