Mohon tunggu...
Agustinus Maran
Agustinus Maran Mohon Tunggu... Guru - Guru Pelosok

Menulislah selagi dunia tak pernah menghakimi tulisanmu.

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Healing Terbaik adalah Pulang Kampung

2 Mei 2022   07:24 Diperbarui: 2 Mei 2022   09:19 1767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi para perantau, pulang kampung jadi kerinduan terbesar. Keterpisahan dari orang tua, keluarga, kerabat dan sahabat membuat  semangat, dan sebagian kebahagiaan hilang. Walaupun keseharian diisi dengan kesibukan, namun tidak mematahkan kerinduan yang besar itu.

Biasanya, mudik menjadi signal terbaik untuk pulang kampung. Ini sudah menjadi tradisi tahunan menjelang hari raya. Mudik bukan hanya sebagai ajang kumpul keluarga tetapi lebih dari itu sebagai healing (penyembuhan) terbaik bagi para perantau. 

Mengapa demikian? Selama bekerja di tanah orang pasti merasakan lelah secara emosional yang menyebabkan konsentrasi berkurang, semangat bekerja menurun dan masalah lain akibat tinggal jauh dari keluarga. Untuk mengatasi itu tentu setiap orang punya cara terbaik untuk bisa melakukan penyembuhan dan merasakan kembali kedamaian dalam dirinya.

Tidak ada salahnya untuk meluangkan waktu saat mudik untuk melakukan penyembuhan diri dengan pulang kampung. Ada baiknya, sebab rumah selalu menyediakan ruang dan waktu yang berfokus pada kebahagiaan diri. Di mana setiap kita dapat membagi beban di ruang keluarga. Dapat bercerita tentang suka duka di tempat bekerja. Bercerita tentang kehidupan yang penuh intrik sambil berelaksasi dalam tawa dan pelukan orang-orang terdekat.

Yuk, isilah kesempatan mudik dengan pulang ke kampung. Lakukan penyembuhan dalam ruang kecil "rumah" sambil mendengar cerita nenek menyibak kenangan. Atau bermanja ria di peluk ibu penuh cinta dan kasih sepanjang pagi ketemu pagi. Sebab perjalanan masih panjang, jangan tinggalkan rumah memendam kesendirian.

Pelabuhan Lewoleba, 2 Mei 2022. 08.24

Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun