Menjebloskan Mayul ke Penjara
Suasana malam itu di Kastil Windsor dipenuhi dengan ketegangan yang belum mereda sejak kemarahan Raja William. Di sudut gelap penjara bawah tanah, deru langkah kaki terdengar mendekat. Para prajurit yang mengawal membawa Mayul, yang tangannya terbelenggu dan wajahnya menunjukkan campuran antara ketakutan dan keteguhan.
Di ruang interogasi, Sir Edmund sudah menunggu dengan sabar. Di hadapannya terletak berbagai alat penyiksaan yang berkilau dalam cahaya lilin. Mayul dibawa masuk dan dipaksa duduk di kursi kayu keras. Sir Edmund mendekat, menatap tajam ke arah tawanan yang kini berada di bawah kekuasaannya.
"Mayul, kau tahu mengapa kau di sini," kata Sir Edmund dengan suara dingin. "Raja tidak akan memaafkan pengkhianatanmu."
Mayul menegakkan bahunya, mencoba untuk tetap kuat meskipun rantai di pergelangan tangannya terasa menyakitkan. "Aku tidak mengkhianati siapa pun. Aku hanya ingin menyelamatkan teman-temanku," balas Mayul dengan suara tegas.
Sir Edmund tersenyum tipis, lalu mengangguk kepada seorang prajurit yang segera mendekat dan memutar roda kecil yang menyebabkan rantai Mayul semakin mengencang. Mayul menahan diri untuk tidak mengerang kesakitan.
"Aku harap kau paham, Mayul," lanjut Sir Edmund, "bahwa tindakanmu ini telah memicu kemarahan Raja. Jika kau tidak memberi kami informasi yang kami butuhkan, kau akan merasakan akibatnya."
Mayul terdiam sejenak, menimbang-nimbang kata-katanya. Ia tahu bahwa informasi yang dimilikinya sangat berharga, tetapi ia juga tahu bahwa menyerahkannya akan membahayakan Yamle dan teman-temannya yang lain.
"Aku tidak akan memberi tahu apa pun," kata Mayul akhirnya, suaranya penuh keteguhan. "Kau bisa menyiksa tubuhku, tapi kau tidak akan mendapatkan apa yang kau inginkan."
Sir Edmund menghela napas panjang, lalu memberi isyarat kepada prajurit lain untuk mulai menyiksa Mayul. Setiap teriakan kesakitan yang keluar dari mulut Mayul membuat hati Sir Edmund terasa semakin dingin, tapi ia tidak punya pilihan. Ini adalah perintah Raja.