Mohon tunggu...
Agustin Salsabila Amri
Agustin Salsabila Amri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Komunikasi

Mahasiswi Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Sultan Agung Semarang dengan konsentrasi Marketing Communication

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kesenjangan Digital di Indonesia Masih Terasa

15 Mei 2021   22:03 Diperbarui: 15 Mei 2021   22:12 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Generasi milenial saat ini cenderung mudah beradaptasi dengan kecanggihan teknologi, salah satunya dalam memanfaatkan fungsi gadget sebagai alat komunikasi atau hiburan. Kemunculan internet seperti angin segar bagi penduduk dunia. Kita dapat bertukar pesan dengan cepat, belanja dari rumah, bahkan memesan tiket perjalanan melalui aplikasi yang terhubung dengan internet. "Semua ada dalam satu genggaman" begitulah kira-kira ungkapan yang tepat untuk menggambarkan kecanggihannya. Namun, kecanggihan tersebut belum dinikmati secara merata oleh penduduk di Indonesia. Ketidakmerataan ini biasa disebut sebagai kesenjangan digital.

Kesenjangan digital adalah kondisi ketika timbulnya ketidakseimbangan pengetahuan atau pemanfaatan segala bentuk teknologi informasi dan komunikasi di masyarakat. Kesenjangan digital di Indonesia sangat terlihat antara masyarakat perkotaan dan masyarakat pedesaan. Terbukti dengan adanya penelitian dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2012-2018 yang menyatakan penggunaan internet di wilayah perkotaan Indonesia sebesar 72% sedangkan wilayah pedesaan hanya 40-48%. Kesenjangan ini dibuktikan juga dengan angka kepemilikan perangkat teknologi di rumah tangga pedesaan sekitar 20% yang memiliki komputer (vutura.io). Adanya perbedaan yang signifikan ini bagaikan jurang pemisah antara masyarakat perkotaan dengan pedesaan. Kesulitan di wilayah pedesaan biasanya terkait kendala sinyal yang tidak stabil sehingga pemanfaatannya kurang maksimal.

Adapun faktor-faktor internal kesenjangan digital di Indonesia yaitu sebagai berikut.

  • Usia

Semakin muda usia seseorang semakin mereka lebih memilih memanfaatkan smartphonenya untuk bersenang-senang seperti bermain game, atau bersosial media. Hal ini sesuai dengan hasil temuan Andone et.al (2016) yang menemukan bahwa semakin muda usia seseorang semakin mereka menggunakan smartphone untuk kegiatan yang menyenangkan. Andone et.al (2016) juga menemukan bahwa untuk orang yang lebih tua mereka kebutuhannya berbeda dengan yang masih remaja ataupun anak-anak, orang- orang yang lebih tua cenderung menggunakan teknologi untuk berkomunikasi kepada sesama dan juga browsing untuk memenuhi kebutuhan informasinya. 

Contoh: Generasi muda menggunakan handphone untuk mengakses sosial media, belajar, atau sekadar bermain game. Sedangkan orang yang lebih tua menggunakan handphone untuk sms atau menelepon sanak saudara.

  • Gender 

Ada tiga motivasi yang paling sering mendorong laki-laki dan perempuan untuk menggunakan internet yaitu interaksi sosial, mengisi waktu luang, dan mencari hiburan. Sementara itu, motivasi pencarian informasi, pendidikan, dan relaksasi tidak terlalu berperan dalam mendorong mereka menggunakan internet. Kesenjangan motivasi yang terbesar ditemukan pada motivasi mengisi waktu luang dengan laki-laki merupakan individu yang paling sering menggunakan motivasi tersebut. Selanjutnya, motivasi interaksi sosial juga menciptakan kesenjangan dengan laki-laki yang tetap paling sering menggunakan internet. Tidak terdapat kesenjangan yang begitu besar terkait motivasi pencarian   hiburan, informasi, dan edukasi. Hanya   saja, motivasi edukasi lebih didominasi  oleh  perempuan.  Dengan kata lain, perempuan  lebih  sering menggunakan internet untuk kepentingan pendidikan dibandingkan dengan laki- laki. 

Contoh: Laki-laki cenderung mengerti masalah pemrograman dan digital dikarenakan pekerjaan mereka yang mengandalkan teknologi, sedangkan wanita cenderung menggunakan komputer dan alat digital untuk mengakses informasi.

  • Ras/etnis

Budaya dalam suatu ras membentuk pola pikir, tingkah laku, dan karakter masing-masing individu yang mencirikan ras tersebut. Ada ras yang membentuk kelompok masyarakat dengan tingkat ketelitian tinggi dan ada ras yang membentuk kelompok masyarakat dengan membatasi diri dari teknologi.

Contoh: Etnis Tionghoa identik dengan orang-orang yang teliti dan ambisius, sehingga cenderung lebih mudah mengikuti perkembangan zaman dan teknologi. Sedangkan suku Badui membatasi diri dengan kecanggihan teknologi, karena mereka masih mempertahankan budaya leluhur.

  • Kecerdasan

Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Robinson et.al (2003) bahwa masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi, maka mereka memiliki skill atau kemampuan yang lebih baik dalam mengoperasikan atau menggunakan suatu perangkat teknologi, serta mampu mendapatkan keuntungan dari skill atau kemampuannya dalam mengoperasikan perangkat teknologi tersebut.

Contoh: Masyarakat yang memiliki jenjang pendidikan terakhir SD masih berada dalam tahap pengenalan atau belajar dalam mengoperasikan fitur/aplikasi yang ada pada perangkat teknologi.

  • Kepribadian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun