Bahan pangan zadoel yang terpinggirkan seperti tempe gembus pun bisa dibikin camilan bercitarasa kekinian.
Musim bediding telah tiba. Itu berarti kalau pagi udara amat dingin. Ampun, deh. Terkadang saya bahkan serasa membeku dalam kabut pagi.
Selepas Salat Subuh enggan sekali melepas mukena. Sudah terlanjur merasa hangat. Begitu lepas mukena maunya selimutan dan tiduran lagi, padahal kalau kembali berbaring malah terasa makin dingin. Sebaliknya kalau mau langsung beraktivitas, masih terasa malas.
Gawat kalau saya memilih menurutkan malas. Syukurlah di tengah godaan setan kemalasan, saya punya solusi asik. Yup! Solusi yang saya maksud adalah mempercepat sarapan. Dari yang semula di atas pukul 6 menjadi kurang lebih pukul 5 (lepas Subuh).
Oleh karena itu, saya kemudian mengganti menu sarapan menjadi lebih ringan. Yang penting sekadar bisa menjadi "alas lambung" sebelum minum kopi. Yoiii. Sesungguhnya ngopi inilah solusi intinya. Kalau sudah menyeruput kopi panas 'kan tubuh lebih hangat. Belenggu mager (malas gerak) pun perlahan-lahan leleh kalau sudah ngopi.
Nah. Salah satu menu sarapan ringan peneman kopi yang sering saya bikin adalah gembus goreng barbekyu. Sesuai dengan namanya, bahan dasar kudapan itu adalah tempe gembus.
Perlu diketahui, tempe gembus yang saya masak dibuat dari ampas tahu yang telah dimasak dan didinginkan. Yang kemudian difermentasi dengan ragi tempe rhizopus oligosporus.
Proses fermentasi itulah yang membedakannya dengan ampas tahu biasa. Jika ampas tahu biasa sekadar ampas, tempe gembus ini merupakan ampas tahu plus-plus. Punya beberapa manfaat bagi kesehatan.
Namun, sayang sekali tempe gembus terkena stigma sebagai bahan pangan yang nol nutrisi. Jadinya kerap dipandang sebelah mata. Sementara faktanya, tempe gembus yang bertekstur unik tak kalah lezat dan bermanfaat dari tempe kedelai. Demikian penjelasan yang saya dapatkan dari sebuah sumber tepercaya.
Lalu, bagaimana cara membuat gembus goreng barbekyu? Tentu sangat mudah. Kalau susah sudah pasti saya tak bakalan sering membuatnya.