Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Hari Ini Seorang Pendekar Meninggal Dunia

31 Mei 2025   13:51 Diperbarui: 31 Mei 2025   13:59 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid tempat kami melakukan salat jenazah sekaligus prosesi jelang pemakaman (Dokpri Agustina)



Sungguh, Kami yang menghidupkan dan mematikan, dan kepada Kami tempat kembali (semua makhluk) (Q.S. Qaf: 50).

Pukul sebelas siang lebih sedikit dan dari corong masjid terdengar pengumuman. Isi pengumumannya informasi bahwa jenazah Bapak X sudah berada di masjid. Jenazah akan disalatkan seusai salat Zuhur berjamaah. Setelahnya akan dilakukan upacara pelepasan jenazah di serambi masjid. Kemudian diberangkatkan ke makam keluarga untuk dikebumikan.

Begitu mendengar informasi tersebut, saya bergegas membuka WAG kampung. O la la! Saya memang telat info. Rupanya semalam sudah ada pemberitahuqn bahwa Bapak X, warga RT sebelah meninggal dunia.

Saya pun bersiap untuk salat Zuhur berjamaah di Masjid Gedhe Kauman. Harus berangkat sebelum azan agar tidak telat. Maklumlah. Jarak rumah ke masjid lebih jauh daripada jarak rumah ke Musholla Aisiyah (tempat di mana saya biasa salat).

Saat tiba di masjid saya melihat sekelompok orang berkostum merah-merah. Mereka berseragam Tapak Suci. Seketika saya membatin, "Rupanya Pak X seorang pendekar."

Tiap ada Pendekar Tapak Suci yang meninggal dunia tradisinya seperti itu. Para anggota Tapak Suci yang melayat dan terkhusus hendak mengantar ke tempat peristirahatan terakhir, pasti akan mengenakan seragam kebanggaan mereka.

Begitulah adanya. Gajah mati meninggalkan gading. Harimau mati meninggalkan belang. Manusia mati meninggalkan budi.

Jatidiri seseorang acap kali baru diketahui publik saat dia tutup usia. Bisa jadi kita tidak tahu persis aktivitas tetangga kita apa saja, selain bekerja mencari nafkah. Nah! Pada saat kematiannya kita bisa tahu. Mungkin dari obrolan dengan sesama pelayat. Bisa pula dari sambutan-sambutan yang disampaikan pada upacara jelang pemberangkatan jenazah ke pemakaman.

Yang saya alami barusan juga begitu. Sebagai warga pendatang saya kurang hafal dengan warga Kauman yang berlainan RW dengan saya. Jadi menyimak sambutan dengan serius dalam prosesi pemakaman tetangga, selalu saya lakukan. Melalui cara seperti itu saya menjadi lebih paham sosok almarhum/almarhumah.

Bahu saya pun sekaligus terasa ditepuk-tepuk keras. Diingatkan supaya senantiasa berkegiatan dan berbuat baik. Dengan harapan, Allah Yang Maha Mengetahui berkenan memberikan ridho dan keberkahan. Minimal, kelak orang-orang tidak mengenal saya sebagai penjahat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun