Ketika mendengar kabar bahwa Paus Fransiskus meninggal dunia tempo hari, serta-merta ingatan saya melayang ke peristiwa beberapa bulan silam. Tatkala beliau berkunjung ke Indonesia, pada tanggal 3-6 September 2024 lalu.
Saya antusias mengikuti siaran-siaran tentang kegiatan beliau selama di Indonesia. Pun, membaca berita-berita terkait beliau.
Terlebih salah seorang teman ada yang mengikuti misa akbar di GBK. Otomatis saya punya akses untuk menanyakan up date terkini seputar agenda kegiatan Paus Fransiskus tatkala itu.
Mengapa saya seingin tahu dan seantusias itu? Jawabannya ada beberapa. PERTAMA, saya ingin tahu apa saja kegiatan seorang Paus jika berkunjung ke suatu negara. Selain merupakan pemimpin umat Katholik, beliau 'kan seorang kepala negara juga. Jadi, saya penasaran dengan bentuk prosesi penyambutannya .
KEDUA, saya antusias sebab ingin menghafalkan wajah Paus Fransiskus. Serius ini. Saya tidak bercanda. Puluhan tahun silam Paus Yohanes Paulus II 'kan berkunjung ke Indonesia. Tatkala itu saya masih SMP dan seingat saya, wajah beliau tidak berbeda dengan Paus Fransiskus.
Dalam benak saya, entah mengapa beliau berdua tergambar sama. Mungkin sebab pakaian yang sama, sementara mata minus saya silap tiada tara. Logikanya pasti berbeda. Jadi, saya ingin menghafalkan wajah Paus Fransiskus supaya tidak keliru mengingat. Selagi beliau di Indonesia, foto dan videonya pasti banyak yang melintas di linimasa 'kan? Sungguh waktu yang tepat untuk berusaha mengingat.
KETIGA, saya didera cemas. Terusterang saja selama Paus Fransiskus berkegiatan di Indonesia, terkhusus di Jakarta dan sekitarnya, saya berdoa serius supaya semua agenda beliau berjalan lancar dan aman. Terutama AMAN.
Anda pasti mafhum mengapa kata 'aman' sengaja saya tulis dengan huruf besar semua. Tak salah lagi. Itu memang disebabkan oleh perasaan yang terlalu khawatir.
Saya teringat peristiwa-peristiwa buruk yang terjadi di Indonesia, yang mengatasnamakan agama. Sementara Paus Fransiskus dengan penuh keyakinan membuka jendela mobil untuk menyapa warga yang menyambut, selama melintasi jalanan Jakarta.
Beliau seolah mengatakan, "Indonesia itu aman, lho." Â
Syukurlah hingga beliau meninggalkan Indonesia, semua benar-benar kondusif. Aman terkendali. Alhamdulillah.