Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Rupanya Inilah Penyebab Gudheg Selalu Menjadi Menu Bukber Hari Terakhir Ramadan di Musala Kami

10 April 2025   21:41 Diperbarui: 10 April 2025   21:41 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasi Gudheg Yu Hadi yang menjadi menu bukber terakhir Ramadan 2025 di musala kami (Dokpri Agustina)

Tiap jelang Takbiran, pada bukber hari terakhir Ramadan di Mushola Aisiyah Kauman Ngupasan Yogyakarta, menunya nasi gudheg. Lebih spesifik, gudhegnya Gudheg Yu Hadi.

Maklumlah, ya. Lokasi lapak gudheg Yu Hadi memang di Kauman. Tepat persis berhadapan dengan musala bersejarah tersebut.

Sampai-sampai saya menyimpulkan bahwa donatur bukber hari terakhir adalah keluarga Yu Hadi. Yang sengaja meminta jadwal hari terakhir Ramadan demi kepraktisan.

Perlu diketahui bahwa setelah libur berjualan sebulan penuh, lapak Gudheg Yu Hadi mulai berjualan lagi pada tanggal 1 Syawal. Jadi dapurnya sekalian diaktifkan untuk tujuan dobel, yaitu menyiapkan menu bukber dan menu jualan esok hari.

Yup! Selugu itu jalan pemikiran saya. Cuma alasan kepraktisan. Hingga akhirnya kemarin saya membaca sebuah tulisan di Kompasiana. Yakni tulisan terkait mitos makanan dan cerita di baliknya.

Salah satu Kompasianer menulis tentang gudheg. Wow! Pucuk dicinta ulam tiba. Ramadan belum lama berlalu dan kebetulan saya sempat memotret menu bukber yang berupa nasi gudheg. Alhasil, saya teliti foto tersebut (fotonya saya sematkan di atas).

Satu per satu penjelasan dalam artikel tentang makna simbolik gudheg saya kroscek dengan foto. Hehehe ... Terniat sekali memang. Bagaimanapun saya 'kan penasaran dengan makanan yang sebenarnya tidak pernah saya sukai itu.

Dalam artikel disebutkan bahwa warna cokelat gudheg berasal dari rebusan daun jati. Wah, baru tahu saya. Selama ini berpikiran bahwa warna cokelat gudheg semata-mata berasa dari gula merah (gula jawa). Pun, saya baru tahu kalau aroma daun jati melambangkan masa lalu. Aroma tradisi yang membuat kita berjeda dari masa kini.

Begitulah. Menikmati gudheg tatkala Lebaran adalah mengurai segala kenangan bersama keluarga tercinta. Senyampang ada libur Lebaran, selagi semua bisa mudik ke Yogyakarta.

Satu lagi tentang gudheg, yaitu terkait kombinasi rasa yang melambangkan keharmonisan. Secara umum citarasa gudheg adalah manis. Akan tetapi, gudheg tidak pernah hadir sendirian. Enggak enak dong, kalau makan nasi cuma berlauk gudheg. Bahan dasar gudheg 'kan nangka muda alias gori. Masak cuma berlauk nabati? Haha!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun