Saat pertama kali tinggal di alamat sekarang, saya kira ritme kehidupan bakalan melambat. Tentu saya bukan asal-asalan tanpa dasar. Justru sebaliknya, perkiraan itu muncul ketika saya tahu bahwa para tetangga baru rata-rata merupakan senior citizen alias kaum lansia (lanjut usia). Mayoritas pun terdiri atas kaum perempuan.
Akan tetapi, saya salah duga. Para senior citizen yang menjadi tetangga saya sungguh istimewa. Baik yang laki-laki maupun yang perempuan, sama-sama energik dan relatif sehat. Mohon digarisbawahi: relatif sehat.
Mengapa mesti pakai embel-embel relatif? Sebab sesuai dengan usia mereka, yang sekitar 65-75 tahunan, sesehat-sehatnya tak jarang ada gangguan kesehatan. Meskipun itu cuma sekadar masuk angin.
Namun, secara garis besar rata-rata kondisi fisik mereka prima. Salah satu indikasinya, kalau ada kegiatan Agustusan, misalnya jalan sehat 7 Km, wuih ...  Semua ikut terlibat. Walaupun jalannya ada yang pakai tongkat atau kursi roda, semangatnya sungguh menyala.
Begitulah adanya. Berkumpul dengan para sesepuh dan pinisepuh yang tidak jompo adalah sebuah anugerah bagi saya. Menjadi pengingat sekaligus motivasi.Â
Pengingat bahwa kelak saya akan seperti mereka. Menua. Tentunya rentan pula terkena gangguan kesehatan. Jadi, saya mesti bersiap-siap menyongsong masa itu. Caranya dengan lebih peduli untuk menjaga kesehatan diri, baik kesehatan fisik maupun jiwa.
Selain sebagai pengingat, juga menjadi motivasi. Jangan sampai kalah aktif dari yang lebih tua, dong. Masak iya, saya lebih jompo daripada para tetangga senior citizen itu?
Salam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI