Setelah kemarin bertekad untuk tidak tertidur saat shalat Tarawih, sekarang saya hendak berbagi cerita kocak saat sahur. Kok ya kebetulan kekocakannya gara-gara kantuk berat juga. Ramadan tampaknya memang ditakdirkan menjadi bulan perlawanan besar-besaran terhadap kantuk. Terutama bagi saya.
Tersirat dalam judul tulisan yang tersemat di atas, kali ini pun saya akan berbagi cerita yang ada hubungannya dengan kantuk. Sesuai tema Ramadan Bercerita 2025 hari kedua, yaitu Cerita Kocak Pas Sahur, tentu saja cerita yang saya bagikan ini kocak. Kejadiannya tentu saja ketika sahur.
Kocak-kocak sahur. Sahur-sahur kocak. Bikin tertawa saat dikenang, tetapi bikin jengkel saat kejadiannya. Terlebih saya terpaksa membuang segelas cokelat lezat yang baru sempat diseruput sedikit.
Begini kronologinya ...
Saya tergeragap ketika lantunan azan menyusup ke telinga. Kaget. Itu azan apa? Seketika saya membuka mata lebar-lebar. Saat azan yang berkumandang tiba di bagian yang berarti "shalat lebih baik daripada tidur", sadarlah saya kalau itu azan Subuh.
Apa hendak dikata? Saat azan Subuh mampir di telinga, berarti waktu sahur habis. Puasa hari itu pun telah dimulai.
Heh? Waktu sahur habis? Makanan sahurku gimana, dong? Lho, lho? Kok aku berbaring? Â Kemudian saya bangkit untuk duduk. Seketika ingat apa yang terjadi belasan menit sebelumnya.
Begitu kelar bikin dua gelas cokelat lezat, saya menyiapkan dua piring nasi beserta lauk dan sayur. Lauk dan sayur sengaja langsung saya racik dengan nasi di masing-masing piring. Toh bakalan segera dimakan.
Setelahnya dengan tujuan mengusir kantuk, saya bermaksud minum cokelat panas terlebih dulu. Akan tetapi, ternyata  minuman cokelatnya masih terlalu panas. Ya sudah. Setelah tegukan pertama saya berhenti. Nanti saja lanjut minumnya. Kalau sudah berubah hangat.
Berhubung waktu imsak masih lama, saya putuskan membangunkan anak nanti-nanti dulu. Sekalian pas minuman cokelatnya telah jadi hangat.