Jika Kompasiana tidak bikin topik pilihan tentang tingkah laku keponakan yang agak lain, saya mungkin tidak tersadarkan kalau punya keponakan yang juga agak lain tingkah lakunya. Mungkin sebab telah terbiasa menghadapinya, saya merasa bahwa itu hal lucu biasa.
Agak lainnya bukan yang gimana-gimana, sih. Secara umum tidak mengganggu/merepotkan orang lain. Cuma kalau diingat-ingat, selalu bikin saya ketawa-ketiwi. Terlebih karena agak lainnya itu kerap bikin adik saya (yaitu ibunya) overthinking. Klop, deh. Perilaku sang anak agak lain, pikiran sang ibu kejauhan.
Dalam keseharian, keponakan agak lain tersebut baik-baik saja. Masih termasuk ke dalam golongan anak-anak normal. Hanya saja, sejak balita dia cenderung lebih pendiam daripada kakaknya yang cuma setahun lebih tua. Demikian pula jika dibandingkan dengan teman-teman sepermainannya.
Akan tetapi, dalam kediaman itu dia melakukan seluruh aktivitas seperti anak-anak pada umumnya. Cenderung selalu ada yang dikerjakan. Mulutnya memang bungkam, tetapi tampaknya isi kepala dan hatinya senantiasa gaduh.
Tatkala mulai belajar di TK, perbedaannya dengan sang kakak kian jelas. Sang kakak suka sekali bermain di luar rumah, baik sendirian maupun bersama teman-temannya. Suka jajan juga. Jatah uang jajannya selalu cepat ludes. Pokoknya sebagaimana anak-anak kebanyakan.
Sementara si adik hobi duduk menyendiri di depan televisi. Terkhusus dengan pilihan saluran yang menayangkan film India. Entahlah dasar pemilihannya apa. Kok ya tidak memilih film-film kartun saja?
Kalau dibilang suka tarian dan nyanyian di film India pun tidak bisa. Karena faktanya, keponakan agak lain saya itu cuma sesekali melirik layar televisi. Tidak pernah serius menyimak tayangan film. Dia lebih sibuk menggambar atau membuka-buka buku cerita.
Kalau saya amati, cuma raganya yang duduk manis di depan TV. Sementara pikiran dan imajinasinya terbang ke mana-mana. Berbanding terbalik dengan mulutnya yang lebih sering terkunci rapat.
Karena tak pernah keluar rumah, otomatis si keponakan agak lain itu tak pernah jajan. Duit jajannya utuh dan dikumpulkan dengan cermat. Dia menjadi lebih kaya raya daripada sang kakak. Sementara sang kakak kerap memusingkan ibu mereka sebab selalu minta tambahan uang jajan.
Jangankan beli jajanan di toko tetangga. Nyomot camilan yang tersedia di rumah pun tidak. Bahkan, keponakan agak lain saya itu malas-malasan kalau disuruh makan nasi. Maunya makan buah-buahan saja.
Hari demi hari berjalan dan usia keponakan agak lain saya bertambah. Dia mulai kenal novel-novel karya Tere Liye. Terkhusus dia gandrung dengan serial BUMI yang terdiri atas banyak buku. Judul-judulnya antara lain Bumi, Bulan, Bintang, Matahari, Komet, Komet Minor, dan Nebula.